BANGLI, BALIPOST.com – Guna memupuk rasa cinta terhadap makan tradisional khas Bali, Penglipuran Village Festival (PVF) menggelar lomba ngelawar, Jumat (29/12). Kegiatan lomba ngelawar itu, diikuti puluhan sekaa teruna teruni dari Banjar Tanggahan Gunung, Sulahan, Susut dan Banjar Penglipuran, Kelurahan Kubu.
Ketua Pengelola Desa Wisata Penglipuran I Nengah Moneng mengatakan lomba ngelawar yang dilanjutkan dengan megibung tersebut memiliki tujuan kembali memupuk kegiatan ngelawar di kalangan sekaa teruna. Karena menurutnya, lawar sebagai makanan tradisional khas Bali dalam pembuatannya membutuhkan keterampilan yang khusus.
“Peserta lomba ngelawar ini dari kalangan anggota sekaa teruna. Sebab mereka-mereka inilah yang menjadi generasi penerus yang melanjutkan tradisi ini. Jangan sampai mereka hanya bisa makan lawar, tapi mereka sendiri tidak bisa membuat lawar dan cara menyajikannya,”ucapnya.
Menurut Moneng, jika tradisi ngelawar tidak diturunkan ke generasi muda, tradisi ngelawar dan megibung pun terancam luntur. Sebab, selain untuk melestarikan kegiatan ngelawar sebagai pembelajaran bagi para sekaa teruna, keterampilan ngelawar nantinya bisa dijadikan bisnis kuliner.
Karena tak dipungkiri kuliner lawar sebagai makanan khas Bali ini juga banyak peminatnya. “Ada beberapa kriteria yang memang ditentukan, seperti cara pembuatannya, lalu juga cara penyajian, hingga batas penentuan waktunya. Bahkan saat megibung yang dalam satu kelompoknya berisi empat orang itu juga turut dinilai,” jelas Moneng.
Lebih lanjut dikatakannya, PVF akan ditutup Sabtu (30/12). Pelaksanaan PVF ini mampu menarik wisatawan datang ke Bangli, khususnya Penglipuran. “Untuk PVF tahun ini secara umum memang lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Semoga di tahun berikutnya PVF bisa lebih meriah lagi,” harap Moneng. (Eka Parananda/balipost)