Nasi Jinggo. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Nasi “jinggo” menyelamatkan ekonomi Pulau Dewata saat terpuruk akibat pandemi COVID-19. Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), Jumat (24/3).

Ia menyebutkan pengusaha mikro kecil (UMK) yang menjual kuliner nasi “jinggo” menyelamatkan ekonomi yang terpuruk dihantam pandemi. “Tidak bisa dipungkiri (ekonomi) Bali terpuruk dari 34 provinsi tapi dengan UMKM saat itu mikro kecil, (dagang) nasi jinggo dan sebagainya, ini menyelamatkan kami,” kata Cok Ace dikutip dari Kantor Berita Antara.

Ada pun nasi “jinggo” adalah makanan berisi nasi yang dibungkus menggunakan daun pisang dan biasanya berisi di antaranya mi goreng, irisan telur, ayam suwir, serundeng serta sambal. Harga nasi “jinggo” di Pulau Dewata itu dijual rata-rata Rp5.000 per bungkus.

Baca juga:  Soal Taksi Online, Sopir Transport di Bali Minta Pemerintah Adil

Menurut dia, banyaknya tenaga kerja yang harus diputus hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan, membuat mereka beralih menjadi pedagang, salah satunya kuliner nasi jinggo. Ia awalnya memperkirakan di sektor pariwisata, sebanyak 500 ribu hingga 600 ribu tenaga kerja terpaksa di-PHK atau dirumahkan akibat terpuruknya pariwisata karena pandemi COVID-19.

Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, lanjut dia, sekitar 139 ribu tenaga kerja sektor pariwisata terpaksa menganggur. “Artinya ada sekitar 350 ribu tenaga kerja beralih profesi menjadi petani, pedagang kecil termasuk usaha mikro kecil. Mereka masih bisa bertahan. Saat itu kami khawatir, karena ini urusan perut bisa menjadi aksi kriminal, tapi untungnya Bali tidak sampai demikian,” ucapnya.

Baca juga:  Korban Jiwa Bertambah, Pasien COVID-19 Sembuh Lebih Banyak dari Kasus Baru

Di sisi lain, dua tahun setelah pandemi ekonomi Bali yang mulai bangkit, kini menjadi salah satu incaran para pelaku usaha termasuk jaringan bisnis ritel atau pusat perbelanjaan untuk melebarkan sayap di Pulau Dewata.

Ia pun mengapresiasi ekspansi bisnis itu di tengah menjamurnya usaha digital sebagai dampak pandemi COVID-19.

“Beberapa tahun terakhir saat COVID-19 banyak teman pelaku usaha berguguran, berkembang cara belanja online. Ini saya salut sekali. Bali masih memberikan harapan bagi usaha bergerak seperti mal terpadu,” ucapnya.

Baca juga:  HPN 2018 Ambil Tema Peningkatan Kesejahteraan lewat Pariwisata

BPS Bali sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi positif pada 2022, sebesar 4,84 persen. Capaian itu meroket dibandingkan 2021 yang tumbuh negatif 2,47 persen.

Realisasi pertumbuhan ekonomi Bali pada 2022 itu juga menjadi titik balik setelah pada 2020 mengalami kontraksi parah hingga 9,31 persen. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *