Ilustrasi kanker. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kanker kolorektal menjadi jenis kanker dengan kemajuan pengobatan paling pesat, terbukti dari banyaknya ragam pengobatan yang dapat dilakukan. Hal itu dikatakan Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof. Dr. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM.

“Kanker kolorektal merupakan jenis kanker dengan kemajuan pengobatan paling pesat, mulai dari operasi hingga imunoterapi,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu saat diskusi daring, dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (12/4).

Kanker kolorektal merupakan kanker yang menyerang jaringan usus besar (kolon) dan usus paling bawah sampai anus (rektum). Kanker tersebut sebagian besar dimulai dari pertumbuhan polip pada lapisan dalam usus besar atau rektum.

Baca juga:  Menaker Sebut Regulasi Penyaluran BSU 2022 Sedang Disiapkan

Kemungkinan polip berubah menjadi kanker tergantung pada jenis polip tersebut. Jika kanker terbentuk dalam polip, maka kanker tersebut dapat tumbuh ke dinding usus besar atau rektum dari waktu ke waktu.

Aru memaparkan, pengobatan kanker kolorektal yang tersedia di Indonesia saat ini meliputi pengobatan kemoterapi konvensional, terapi target, dan imunoterapi.

Pengobatan kemoterapi bertujuan mencegah atau memperlambat pertumbuhan dan pembelahan sel kanker. Sementara terapi target adalah terapi yang menargetkan protein yang mengatur pertumbuhan, pembelahan, dan penyebaran sel.

Baca juga:  Mati Mendadak, Ratusan Ayam di Nusa Penida Negatif Flu Burung

Sedangkan imunoterapi merupakan metode terapi terbaru yang berupaya membantu sistem kekebalan tubuh agar mampu melawan kanker. Kemudian, memodulasi mekanisme penghambatan kekebalan untuk mengaktifkan kembali kekebalan antitumor.

“Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, kita lihat yang sekarang bisa diberdayakan adalah sel kekebalan tubuh kita sendiri untuk bisa melawan tumornya,” imbuh Aru.

Berbagai opsi pengobatan tersebut, menurut Aru, akan memberikan harapan baru bagi pasien kanker kolorektal. “Setiap pasien kanker kolorektal akan mendapatkan pengobatan yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pasien sehingga hasil yang didapatkan optimal,” katanya.

Berdasarkan data Globocan tahun 2020, secara global, kanker kolorektal diperkirakan berada di urutan nomor dua penyebab kematian terbesar akibat kanker.

Baca juga:  Bedah Lontar untuk Hasilkan Produk Inovatif

Sementara di Indonesia, berdasarkan sumber data yang sama, kanker tersebut menduduki kasus tertinggi kedua pada pria setelah kanker paru dengan jumlah kasus baru mencapai 34.189. Kanker tersebut juga menjadi kanker dengan angka kematian tertinggi kelima di Indonesia.

Faktor risiko kanker kolorektal di antaranya berusia di atas 50 tahun, memiliki riwayat infeksi usus besar, genetik, konsumsi daging merah berlebihan, diet tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, obesitas, merokok, konsumsi alkohol berlebih, menderita gangguan pencernaan berulang, dan memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN