I Gusti Putu Budiarta. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kepedulian Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri terhadap Bali patut diapresiasi. Meskipun putri Presiden Soekarno ini hanya seperempat berdarah Bali, namun kecintaannya terhadap kelestarian alam, manusia, dan budaya Bali melebihi orang Bali.

Bahkan, Megawati tidak sudi melihat Bali yang adi luhung dirusak oleh wisatawan mancanegara yang tidak menghargai adat istiadat, tradisi, dan budaya Bali. Oleh karena itu, Megawati mendorong Gubernur Bali, Wayan Koster untuk memulai memikirkan bagaimana menjaga alam, manusia, dan budaya Bali 100 tahun ke depan, bahkan lebih.

Untuk itu, Gubernur Koster pun menyusun konsep Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125. Penyusunan materi melibatkan rohaniawan, akademisi, pakar, dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu.

Bandesa Adat Pedungan, I Gusti Putu Budiarta mengucapkan terima kasih kepada Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri yang tak henti-hentinya memberi perhatian dan kepedulian terhadap Bali agar tidak kehilangan jati dirinya. Terutama bagaimana Bali yang dikenal dengan budaya dan Agama Hindunya tetap menjadi kekuatan Bali hingga 100 tahun ke depan.

“Beliau (Megawati Soekarnoputri,red) sangat memperhatikan Bali ini. Bahkan, beliau sangat menyayangkan kalau sampai ada wisatawan, tamu-tamu asing yang berusaha untuk merusak dan membuat situasi Bali tidak menentu. Beliau sangat tidak respon dengan hal-hal seperti itu. Sehingga, beliau mendorong bagaimana kita bisa mempertahankan Bali ini seperti yang dulu, ajeg Bali. Makanya kita sangat berterima kasih kepada beliau, perhatian beliau terhadap Bali sangat luar biasa agar Bali tidak kehilangan jati dirinya. Itulah pemimpin yang harus kita segani dan hormati,” ujar Putu Budiarta, Rabu (10/5).

Baca juga:  Satpol PP Ciduk 33 PSK

Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Bali ini pun mengapresiasi langkah Gubernur Koster yang telah menjalankan mandat dari Megawati untuk membuat roapmap Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru. Dikatakan, konsep ini merupakan cerminan sekaligus menjadi benteng yang luar biasa bagi Bali untuk melangkah 100 tahun ke depan.

Apalagi, generasi muda Bali saat ini lebih cenderung menerima perkembangan teknologi dan pengetahuan. Dibandingkan menjaga adat dan budaya. Sehingga hal ini harus diantisipasi. Sebab, nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi kadang kala bertentangan dengan kondisi yang ada di alam Bali. Apalagi, Bali berbeda jauh dengan wilayah/daerah lainnya di Indonesia, bahkan di dunia. Karena Bali terkenal dengan adat istiadat, budaya, seni dan Agama Hindu.

“Oleh sebab itu, mulai sekarang sudah dibentengi generasi muda kita, dibentengi bagaimana cara mempertahankan adat, budaya, seni dan agama ini supaya 100 tahun pun tidak akan berubah. Sehingga, Bali tetap menjadi Bali seutuhnya, meskipun di era gempuran perkembangan zaman,” jelasnya.

Budiarta mengatakan, visi pembangunan Daerah Bali “Nangun Sat Kethi Loka Bali” sejatinya sudah sangat sangat relevan dengan konsep Haluan Pambangunan Bali 100 Tahun ke depan. Sehingga, visi ini sangat relevan jika diterapkan hingga 100 tahun ke depan menuju Bali yang sejahtera, maju, dan kawista. “Saya berharap pimpinan-pimpinan kita yang sudah menginginkan Bali tetap ajeg, ke depannya bisa dijalankan oleh pemimpin yang akan datang, siapapun yang memimpin Bali ke depan,” ujar Budiarta.

Baca juga:  Lakalantas, Pengendara Motor Tewas

Rektor Unhi Denpasar, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S., mengatakan mewakili pimpinan perguruan tinggi dan masyarakat Bali, pihaknya menghaturkan banyak terima kasih kepada Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri. Sebab, telah memberikan arahan kepada Wayan Koster selaku Gubernur Bali untuk menyusun blue print pembangunan Bali 100 tahun ke depan yang telah dituangkan dalam Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru.

Dikatakan, konsep Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru yang telah diseminarkan merupakan momentum yang sangat penting untuk keberlanjutan pembangunan Bali. Karena Bali akan memiliki haluan dalam menyelenggarakan pembangunan secara fundamental, konprehensif, dan berkelanjutan dalam jangka panjang 100 tahun ke depan.

Apalagi, penyusunan materi Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru ini diarahkan dan dipimpin langsung oleh Gubernur Koster, didampingi rohaniawan, akademisi, pakar, dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu. Seperti, pakar sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi, adat, seni-budaya, arsitektur, pendidikan, kesehatan, pertanian, pariwisata, lingkungan, ekonomi, energi, perindustrian, infrastruktur, dan tata ruang.

Baca juga:  Ini, Pengurus DPP PDIP Periode 2019-2024

“Jadi materi ini disusun oleh beliau (Gubernur Koster,red) bersama tim selalu sampai larut malam. Dan beliau memang kerja paling cepat jam 12 malam. Namun demikian, beliau tetap sehat untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai Gubernur Bali,” ungkap Prof. Damriyasa.

Guna mematangkan materi, Prof. Damriyasa mengatakan bahwa telah dilaksanakan 2 kali diskusi yang melibatkan banyak peserta dari berbagai komponen masyarakat Bali, pada tanggal 25 April 2023 di Gedung Gajah, Jaya Sabha, dan pada tanggal 29 April 2023 di Wiyata Graha, Kawasan Suci Pura Agung Besakih, yang dihadiri oleh lebih dari 150 peserta. Materi Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru, terdiri atas 4 bagian, yaitu Bali Tempo Dulu, Bali Masa Kini, Permasalahan dan Tantangan, dan Bali Masa Depan.

Sebagai pimpinan perguruan tinggi, Prof. Damriyasa mengapresiasi dan berterima kasih atas tersusunnya Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru. Sehingga, perguruan tinggi di Bali dapat mengintegrasikan dan mengarahkan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi sesuai dengan Haluan Pembangunan Bali 100 Tahun ke depan.

Sehingga, hasil-hasil riset yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi di Bali diarahkan untuk dapat bermanfaat dan berkontribusi untuk pembangunan daerah Bali. Dan tidak hanya sekadar pemenuhan kewajiban sebagai dosen dan pemenuhan secara administratif kenaikan jabatan dan pangkat akademik. (Winatha/balipost)

BAGIKAN