DENPASAR, BALIPOST.com – Kelestarian alam, manusia, dan budaya Bali menjadi fokus perhatian Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri. Secara spesifik Megawati meminta agar Pemerintah Provinsi Bali menjaga, merawat dan melestarikan alam Bali. Bahkan, Megawati meminta Gubernur Bali, Wayan Koster agar Bali berhenti mengkonversi tanah subur melalui Peraturan Daerah (Perda).
Menurutnya, tanah Bali sangat subur. Sehingga, mestinya pertanian Bali harus dikembangkan untuk mampu menghidupi masyarakat Bali. Sedangkan, tanah-tanah yang tandus mestinya dikaji kembali pemanfaatannya. Sehingga, 100 tahun ke depan bisa bermanfaat untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Bali.
Atas kepedulian Megawati tersebut, Rektor Universitas Warmadewa (Unwar), Prof. Dr. Ir. I Gde Suranaya Pandit, MP., mengucapkan terima kasih kepada Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri karena fokus memikirkan kelangsungan Bali hingga 100 tahun ke depan. Bahkan, Megawati sangat marah apabila ada yang ingin merusak Bali yang adi luhung. Terlebih oleh wisatawan mancanegara yang seenaknya tidak mentaati aturan yang ada di Bali. “Terima kasih Ibu Megawati semoga terus berpihak pada kelangsungan dan kelestarian Bali 100 tahun Bali Era Baru,” ujar Prof. Pandit, Kamis (11/5).
Prof. Pandit mengatakan bahwa Bali 100 tahun ke depan tidak lagi bergantung dari sektor pariwisata yang bersifat masa, bahkan cenderung merusak alam Bali. Maka, satu-satunya arah pembangunan Bali ke depan yaitu memajukan sektor pertanian sebagai pilar pembangunan Bali dan keberlanjutan Bali 100 tahun ke depan.
Prof. Pandit pun mengapresiasi Gubenrur Koster yang telah mampu menggambarkan kondisi Bali, meliputi manusia Bali, Budaya Bali, dan alam Bali di masa lalu, masa sekarang, dan 100 tahun kedepan. Diharapkan, apa yang telah digambarkan mampu terwujud melalui penyelematan dan konservasi berbagai hal yang dianggap mewakili 3 aspek tersebut (manusia, budaya, dan alam).
Prof. Pandit mengatakan, ada 2 hal yang mesti menjadi fokus dalam Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru ini. Yaitu, pertama tentang air. Sebab, seperti apa yang diamati air merupakan salah satu sumber vital untuk kehidupan berbagai mahluk hidup terutama manusia. Disisi lain, air ini ketersediaannya sangat terbatas. Dimana dapat dilihat air semakin lama semakin menipis. Sedangkan manusia semakin banyak, yaitu 2% per tahun. Untuk itu, perlu adanya langkah-langkah kongkret untuk membuat berbagai regulasi dengan cara memkonservasi daerah-daerah sumber mata air. Seperti di daerah pegunungan termasuk hutan agar mendapat perhatian lebih dan tidak diganggu dengan beebagai bentuk pembangunan fisik.
Kedua, SDM di bidang pertanian yang sampai saat ini berbagai kebutuhan akan hasil pertanian. Dimana, beberapa SDM dibidang pertanian sudah mulai didatangkan dari luar Bali. Disisi lain, pertanian di Bali semakin menyempit akibat adanya pembangunan dalam berbagai bentuk. Hal ini menyebabkan banyak SDM Bali tidak berminat untuk menekuni bidang pertanian dengan berbagai alasan. Hal ini terbukti makin menyusutnya jumlah petani dalam arti luas (peternakan, perikanan, perkebunan, petani, serta pengolahan hasil). Disamping itu juga pekerjaan sebagai petani masih di pandang sebelah mata atau kurang menguntungkan. Padahal untuk kelangsungan hidup umat manusia sangatlah tergantung dari hasil pertanian.
Hal lain juga ditunjukkan dengan semakin berkurangnya minat dari para mahssiswa untuk memasuki dan menggeluti pendidikan di bidang pertanian. Keadaan ini akan menyebabkan Bali tidak akan bisa bertahan menjadi provinsi agraris dan bahari. Untuk itu, perlu ada dorongan dan kebijakan dari Pemerintah Bali untuk membangun kembali sifat-sifat manusia Bali yang melestarikan subak, tumpek bubuh, dan tumpek kandang supaya manusia Bali selalu berminat dan kembali ke sektor pertanian sebagai provinsi yang mandiri di bidang pertanian dalam arti luas serta dengan dukungan semangat manusia Bali untuk terus menggeluti melalui dunia pendidikan.
Bandesa Agung Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, Ida Pengelingsir Agung Putra Sukahet, mengatakan MDA Provinsi Bali, krama desa adat, umat Hindu dresta Bali mengucapkan terima kasih dan siap bersama pemimpin daerah Bali untuk menjalankan sepenuhnya arahan Megawati yang sangat baik untuk kelestarian alam, manusia, dan kebudayaan Bali hingga 100 tahun ke depan bahkan lebih. Ia juga mengapresiasi dan mendukung penuh program Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru.
Diyakini, konsep Haluan Pembangunan Bali ini tidak hanya untuk 100 tahun ke depan, tetapi untuk 1000 tahun ke depan bahkan selamanya. Sebab, konsep Haluan Pembangunan Bali ini sudah mengandung filsafat-filsafat dan tattwa-tattwa Bali. Bahkan, mengandung aspek yang lengkap tentang alam, manusia, dan kebudayaan Bali.
Putra Sukahet menekankan bahwa desa adat dan subak adalah jiwa pramananya Bali. Dimana, Bali sangat bergantung kepada desa adat dan subak. Sementara itu, desa adat sangat bergantung kepada kekuatan desa adat itu sendiri. Yaitu, Agama Hindu dresta Bali, krama adat Bali, tetap berfungsinya setra-setra desa adat Bali, kahyangan desa adat Bali, kahyangan jagat, awig-awig/perarem, ekonomi desa adat, dan manajemen desa adat.
Sementara itu, desa adat, Hindu dresta Bali, dan kebudayaan Bali sangat bergantung pada kehidupan dan suasana agraris/pertanian. Sehingga, dalam haluan pembangunan Bali 100 tahun ke depan ini mesti sungguh-sungguh mempertahankan tanah pertanian dan ladang di Bali. Oleh karena itu, para petani harus diperhatikan, penghasilannya ditingkatkan, sehingga para petani harus disejahterakan. (kmb/balipost)