NEGARA, BALIPOST.com – Kejadian dua ekor sapi mati di Banjar Sawe, Batuagung dua pekan lalu diketahui penyebabnya. Dari hasil pengujian laboratorium BBVET Denpasar, sapi tersebut mati mendadak karena keracunan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama, Jumat (12/5), mengatakan hasil pengujian lab patologi yang diterima, diduga sapi itu mati keracunan. Hanya saja tidak diketahui jenis racunnya.
Dengan kondisi ini pihaknya berharap agar masyarakat khususnya peternak sapi untuk lebih teliti dan memilah pakan dengan benar. Di samping itu juga perlunya penerapan biosekuriti pada kendang sapi.
“Kalau racunnya karena apa, kami belum bisa memastikan. Tetapi biasanya pada ternak sapi dari makanan,” terangnya didampingi Kabid Keswan dan Kesmavet I Wayan Widarsa.
Pascakematian mendadak dua ekor sapi milik warga di Sawe itu, petugas juga telah mengambil sampel organ dalam seperti paru-paru, hati, sel hepatosit, usus dan ginjal. Berdasarkan hasil akhir diagnosis, disebutkan tubulus nekrosis akut pada ginjal diduga akibat keracunan atau intoksikasi.
Sebelumnya untuk memastikan juga dilakukan pemeriksaan sampel tujuh ekor di sekitar lokasi sapi yang mati dengan mengambil darah, swab dan serum. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lab di BBVet Denpasar dan dipastikan tidak ada penyakit menular.
Dari ketujuh sampel yang diambil dipastikan tidak ada indikasi Jembrana Disease dan penyakit mulut dan kuku (PMK). Sehingga tidak membahayakan pada ternak sapi lainnya.
Kejadian sapi mati yang dialami warga di Sawe pada awal Mei lalu merupakan yang kesekian kalinya sehingga menjadi perhatian warga. Dari pengecekan awal dokter hewan di Jembrana memang tidak ditemukan indikasi karena wabah.
Melainkan bloat yang juga dapat menyebabkan risiko kematian. Bloat merupakan gas perut sapi yang berdampak perut sapi membesar dan menekan paru-paru. Karena tertekan paru-paru dari gas, menyebabkan sapi tidak bisa bernapas. (Surya Dharma/balipost)