Seminar Internasional bertema Human Relationship in Society 5.0 on Tourism, Communication, Law, Business, Culture, and Social Science digelar Jumat (12/5). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Akademisi Pariwisata dari Universitas Udayana Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Jumat (12/5), menyebutkan belakangan ini terjadi perubahan dinamika di sektor pariwisata Bali. Akibatnya, terdapat disharmoni hubungan wisatawan dengan orang lokal.

Kondisi ini disebutnya cukup memprihatinkan karena sebelumnya hubungan wisatawan dan orang lokal terjalin harmonis. Misalnya dulu orang asing datang ke Bali bekerja sama dengan seniman dan membuat tari kecak, seperti yang dilakukan Walter Spies, orang Jerman yang lahir di Rusia dengan Wayan Limbak dari Bedulu. “Jadi mereka kerja sama, turis dan tuan rumah bekerja sama. Tapi yang terjadi sekarang ini kan mengkhawatirkan sekali. Turis dan tuan rumahnya sampai berkelahi,” ujarnya saat berbicara dalam Seminar Internasional bertema Human Relationship in Society 5.0 on Tourism, Communication, Law, Business, Culture, and Social Science di Swiss-Belresort Watu Jimbar, Sanur.

Baca juga:  Strategi Promosi Pariwisata Indonesia Bikin Malaysia Tak Berdaya

Ia berharap konflik antara wisatawan dengan warga lokal yang cukup banyak terjadi belakangan ini bisa menjadi pelajaran. Menurutnya, kunci menjalin keharmonisan ini adalah turis dan tuan rumah harus saling menghargai, saling menghormati dan menyadari kepentingan bersama untuk menciptakan pariwisata yang baik.

“Sebetulnya kalau kita sama-sama sadar adanya kepentingan bersama antara turis dan tuan rumah, kenyamanan itu mestinya tercipta. Secara teoritis kan, turis datang ingin mendapatkan kenyamanan di Bali dan orang Bali berharap turis itu datang sehingga industri pariwisata berkembang, memberi keuntungan ekonomi, sosbud (sosial budaya) dan pelestarian lingkungan,” ujarnya.

Baca juga:  Diusulkan, Normalisasi Tukad Biluk Poh dan Pemasangan Alat Peringatan Dini

Ia menilai kegaduhan ini bisa terjadi karena adanya kemudahan mendapatkan visa, khususnya bagi warga negara tertentu. Hal ini paling tidak telah disadari oleh Gubernur Bali Wayan Koster hingga mewacanakan membatasi visa on arrival (VoA) beberapa negara yang dianggap menimbulkan persoalan di Bali. “Kita tidak tahu hasilnya, tapi bisa jadi hal itu dilaksanakan dan bisa jadi penyampaian wacana tersebut menimbulkan langkah-langkah untuk pencegahan. Mungkin itu tidak berhasil mencabut VoA, namun wacana itu menumbuhkan kesadaran berbagai pihak untuk melakukan hal terbaik dan mencegah terjadinya kegaduhan,” ujarnya.

Baca juga:  Bangun BMTH, Adhi Ardhana: Pelindo Tidak Ada Rencana Potong Karang

Sementara itu, Rektor UHN Denpasar Prof. Dr. I Ngurah Sudiana, M.Si. mengatakan, tema yang diangkat dalam seminar yaitu human relationship in society 5.0 era sangat relevan dan penting bagi kehidupan masyarakat saat ini. Saat pariwisata dan ekonomi di Bali memberi manfaat ekonomis namun terjadi disharmonisasi antarmanusia yaitu antara wisatawan dan warga lokal, hal itu perlu disikapi.

Dekan Fakultas Dharma Duta (FDD), Dr. Drs. I Nyoman Ananda, M.Ag. menambahkan pihaknya perlu mendiskusikan Era Society 5.0 sehingga nantinya dapat dijadikan bahan untuk membuat kebijakan. Era Society 5.0 mengutamakan aspek sentuhan manusia dibandingkan robot sehingga hubungan antarmanusia mesti terjalin baik. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN