JAKARTA, BALIPOST.com – Target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2017 tidak tercapai. Capaiannya hanya sekitar 91 persen dari target.
Menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya, erupsi Gunung Agung di Karangasem, Bali, menjadi penyebab utama tidak tercapainya target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sebanyak 15 juta orang tersebut. “(Target, red) Wisman tidak tercapai, maunya 15 juta kunjungan, kena ‘hit’ (serangan kejadian, red) Bali dapatnya sekitar 13,7 juta atau 91 persen. Wisatawan nusantara tercapai dari target 265 juta menjadi 277 juta perjalanan,” katanya.
Dalam daftar target tahunan, kata Arief, hanya aspek kunjungan wisman yang tidak tercapai. Selebihnya, mulai dari kontribusi ke produk domestik bruto (PDB) sebesar 5 persen, perolehan devisa Rp 200 triliun, dan penyerapan tenaga kerja pariwisata sebanyak 13 juta orang telah tercapai. “Yang juga tidak tercapai adalah Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI), kita inginnya peringkat 40, tetapi kita dapatnya ranking 42,” katanya menjelaskan indeks daya saing pariwisata yang disusun World Economic Forum (WEF) itu.
Arief menuturkan bahwa pemerintah tadinya memprediksi capaian kunjungan wisman akan hanya berkurang satu juta dari target yang dipatok pada 2017. Namun, prediksi itu meleset lantaran pemulihan kondisi pariwisata Bali yang diperkirakan terjadi November justru baru benar-benar terjadi saat Presiden RI Jokowi ke Pulau Dewata pada 22 Desember 2017.
Mantan Bos Telkom itu berharap akhir Januari 2018 pemulihan pariwisata di Bali sudah benar-benar maksimal. Momentum Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Februari juga diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisman hingga 18.000 kunjungan per hari. Pemerintah menargetkan 17 juta kunjungan wisman dan mencapai 270 juta perjalanan wisnus selama 2018.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa kondisi erupsi Gunung Agung berdampak sangat besar pada pariwisata Pulau Dewata. Ia menyebut potensi devisa pariwisata yang hilang selama 40 hari akibat kejadian itu mencapai hingga Rp 9 triliun. “Sebesar Rp 9 triliun itu hanya Bali, secara keseluruhan ke seluruh Indonesia itu Rp 19 triliun. Tiongkok contohnya, begitu ‘travel warning’ diberikan pemerintahnya, tidak ada satu pun turis Tiongkok datang ke Indonesia selama 40 hari itu,” pungkas Luhut. (Nikson/balipost)