Dialog Merah Putih Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Bali Era Baru dengan tema ‘’Mengurai Angka Penggangguran 100 Tahun Haluan Pembangunan Bali Era Baru’’, di Warung Bali Coffee Jl. Veteran 63 Denpasar, Selasa (16/5). (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Presiden ke -5 RI Megawati Soekarnoputri memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan dan kelestarian alam Bali serta mempercayakan Gubernur Bali Wayan Koster untuk menyusun haluan pembangunan Bali 100 tahun ke depan. Semua ini akan berhasil jika SDM Bali berkualitas. Penguatan SDM Bali yang unggul dinilai sudah tepat menjadi satu acuan dalam 100 Tahun Haluan Pembangunan Bali Era Baru.

Selain itu, pemerintah perlu serius menggarap sektor pertanian agar daya tukar petani makin meningkat
sehingga migrasi turun, angka kelahiran naik. Otomatis angka pengangguran di Bali makin rendah.

Hal itu terungkap pada Dialog Merah Putih Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Bali Era Baru dengan tema ‘’Mengurai Angka Penggangguran 100 Tahun Haluan Pembangunan Bali Era Baru’’, di Warung Bali Coffee Jl. Veteran 63 Denpasar, Selasa (16/5).

Terungkap data kualitas SDM (tenaga kerja) Bali masih rendah. “Hampir sepertiga tenaga kerja di Bali berpendidikan SD-SMP. Ini berarti posisi yang ditempati dalam dunia usaha tidak tinggi dan kesejahteraannya juga menjadi berkurang,” ungkap Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Bali, A.A. Gede Dirga Kardita.

Terkait Kondisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali pasca Covid-19 pada Februari 2023 mencapai 3,73 persen. Angka ini sudah menurun dibandingkan saat
pandemi Covid-19 yang mencapai angka 5 persen lebih.
“Dari Angka ini berarti sekitar 101 ribu masyarakat Bali
masih menganggur,” ujarnya.

Baca juga:  Diduga Tersinggung Diminta Minggirkan Motor, Tiga Pria NTT Keroyok Driver Ojol

Dirga mengungkapkan di masa pemulihan ekonomi ini penyerapan naker di Bali sudah membaik. Berdasarkan data, ia menyebutkan, penganggur pria saat ini masih
lebih tinggi dari perempuan. Dirga menilai, ada kecenderungan pria menunggu pekerjaan yang tepat sesuai keahlian dibandingkan perempuan yang bersedia bekerja di sektor apa saja.

Pengangguran di perkotaan disebutkan lebih tinggi dari pedesaaan, karena kesempatan kerja di perdesaan cenderung lebih banyak dari perkotaan. Dia menilai sangat tepat Gubernur Bali menyusun haluan pembangunan Bali 100 tahun.

Yang mesti dipikirkan juga yakni soal upaya peningkatan kualitas naker sehingga bisa bersaing di dunia kerja. Caranya perbanyak mendirikan Balai Latihan Kerja (BLK) di desa sehingga mengurangi migrasi atau urbanisasi.

Pengamat ekonomi yang juga Rektor Undiknas University Prof. Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa menyebutkan Gubernur Koster sudah banyak membuat regulasi untuk menyelamatkan alam Bali dan manusia Bali. Di antaranya Ekonomi Kerthi Bali, membentuk SDM Bali yang unggul lewat Jnana Kerthi, pertanian dan produk pertanian lokal, dll.

Semua itu harus diikuti dengan action yakni dijalankan, dievaluasi dan diawasi. Dengan demikian terjadi keberlanjutan. Dia mencontohkan usai bom Bali I dan II,
kita mulai garap sektor pertanian ketika pariwisata diganggu faktor keamanan. Kemudian ditinggal lagi ketika sektor pariwisata maju.

Baca juga:  Dua Bule Nyasar Saat Mendaki Gunung Agung

Saat COVID-19 kita kembali ke sektor pertanian sehingga terkesan serba mulai dari nol. Dalam Haluan Pembangunan Bali 100 Tahun ke depan, kita perlu serius menggarap sektor pertanian berbasiskan teknologi dan digitalisasi. “Nah, ini kita pikirkan bersama. Karena dengan pertanian menjanjikan bisa mengurangi angka pengangguran di desa,’’ ujarnya

Di sisi lain dia mengatakan kita perlu menelaah penyebab tingginya angka pengangguran di Bali. Apakah itu disebabkan pandemi Covid-19, atau pekerjaan yang tidak sesuai kompetensi, atau apa yang sesuai kompetensi mereka tidak ada di Bali. “Kita harus cermati penyebab tingginya angka pengangguran untuk mencari solusi. Jangan sampai dalam 100 tahun nanti malah menyebabkan meningkatnya pengangguran. Kita perlu tahu sektor apa yang akan dikembangkan dalam haluan pembangunan sehingga kita bisa klasifikasikan naker apa yang dibutuhkan untuk sektor tersebut,” ungkap Sri Subawa.

Ia menilai 100 tahun adalah waktu yang cukup panjang, tentu banyak akan muncul asumsi dasar apa yang akan terjadi ke depan. Untuk itu perlu diskusi antara pemerintah, pengusaha, kampus, sekolah, dan masyarkat, agar bisa terserap dalam dunia usaha. “Ini
untuk menyelaraskan kebutuhan SDM di Bali, sehingga jangan sampai kita justru mendatangkan SDM dari luar Bali seperti WNA membuka usaha domestik. Jangan sampai masyarakat Bali menjadi penonton di daerah sendiri,” tambah Sri Subawa.

Baca juga:  Menggugah Rasa Tanggung Jawab Menjaga Kearifan Lokal Bali

Kondisi 100 tahun, menurutnya perlu diprediksi pekerjaan apa yang nantinya akan diminati. Perubahan ini harus direspons dengan benar. Pemerinta perlu mencermati perubahan-perubahan yang terjadi. “100 tahun terlalu lama. Bahkan pakar teknologi menyebutkan, perubahan bisa terjadi dalam 5 tahun. Untuk itu diperlukan milestone dan perlu dibuat rancangan, agar ciri khas Bali tidak berubah secara
drastis,” tandasnya.

Sementara itu, Akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Udayana Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M.Si., menyebutkan ada enam sektor transformasi di Bali yang menjadi prioritas. Kita harus bisa memetakan, sektor mana yang menjadi prioritas sehingga masyarakat bisa masuk ke dalam kesempatan kerja. “Kita tak boleh lagi bertumpu dalam satu sektor yakni pariwisata saja. Dunia kerja bisa diarahkan ke arah pertanian, ekraf, kelautan, maupun peternakan, dan semua bisa menjadi terintegrasi,” ungkap Krisna.

Menurut pandangannya sudah banyak yang dilakukan Gubernur Koster, ada juga yang perlu dibenahi. “Untuk bisa mencerak SDM unggul, perlu perubahan kurikulum yang dinamis, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi. Sehingga ada kesesuaian apa yang dibutuhkan dunia usaha dengan perguruan tinggi atau sekolah.
Juga perlu mengembangkan jiwa entrepreneurship di kampus. Kita harus mengubah mindset job seeker menjadi job maker,” tandasnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN