DENPASAR, BALIPOST.com – Suarno (36) yang kerap disapa Ari merupakan salah seorang pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berasal dari Pasuruan, Jawa Timur. Ari merantau ke Bali bersama istri dan anak pertamanya sejak 2018.
Ditemui di tempat usahanya di Denpasar, belum lama ini, Ari yang sudah 20 tahun menikah dan memiliki dua anak itu memilih merantau karena merasa usahanya tidak berkembang saat berada di tanah kelahirannya. Ia dan istrinya saat ini tinggal di salah satu kontrakan yang ada di daerah Denpasar.
Ia merintis usaha makanan yang unik, yakni Tahu Bulat. Tahu bulat merupakan makanan ringan yang berbahan dasar kacang kedelai berbentuk bulat tanpa isian. Biasanya digoreng saat ada yang memesan dan memiliki harga yang relatif murah yakni Rp 1.000 per biji.
Tahu bulat ini sempat viral pada 2016. Ia pun mencoba berjualan tahu bulat dengan menggunakan motor roda 3.
Lapak tahu bulat Ari bisa ditemui di Pasar Kreneng. Sudah sekitar 1 bulan, Ari dan istrinya merintis usaha ini.
Ari mengaku memilih berjualan tahu bulat karena merasa makanan ringan ini sangatlah menarik perhatian banyak orang. “Kan karena tahu bulat bentuknya unik ya, kalo umumnya tahu itu bentuknya kotak, jadi pada penasaran kenapa bisa bulat dan mengembang gini,” ungkap Ari.
Ari dan istrinya mulai berjualan pada pukul 10.00 hingga pukul 21.00 WITA. Tetapi Ari mengaku jika merasa lelah sebelum jam menunjukan pukul 21.00 WITA, mereka memilih untuk pulang lebih cepat.
Dengan harga Rp 1.000 per biji, pasangan ini mampu menjual lebih dari 2.000 tahu bulat per harinya. Walaupun penjualan cukup tinggi, ternyata keuntungan usahanya harus dibagi dua. “Sebenarnya saya ini ikut orang, jadi dia dulu jualan ini tapi sekarang sudah stop jualan dan saya yang mau jualin ini. Jadi hasil jualan saya dibagi 20 persen ke dia, semisalnya dapet jualan Rp 1. 000.000 trus kasi dia Rp 200.000,” papar Ari.
Ari merupakan orang yang ulet dalam berusaha dan tak mudah patah semangat. Berkat tahu bulat ini pun, keluarganya mampu bertahan di tanah rantau.
Ia mengaku akan terus berjualan meski nantinya ada pesaing baru yang muncul. Sebab, pria kelahiran 1987 ini yakin jika rezeki sudah ada yang mengatur. Ari tidak akan mengubah apapun di usahanya selagi dia berjualan dengan bersih dan jujur.
Ditanya soal suka dukanya dalam menjual tahu bulat, ia mengaku memerlukan cukup banyak minyak goreng. Seharinya bisa 4 liter minyak dihabiskan untuk mengoreng tahu bulat.
Selain itu setiap harinya Ari merasa tidak tenang saat berjualan karena was-was ditertibkan petugas Satpol PP. Terlebih, berjualan seperti ini merupakan satu-satunya sumber penghasilan agar keluarganya bisa makan setiap harinya.
Pria yang sudah sekitar 5 tahun merantau di Bali ini menuturkan jika dirinya termasuk orang yang susah patah semangat. Ari sangat ingin bisa memberikan kehidupan yang layak untuk kedua anaknya, walaupun dia harus membanting tulang setiap harinya untuk mendapatkan uang.
Sebelum merantau ke Bali, di Pasuruan ia pernah berjualan mie ayam tapi hanya bertahan 3 tahun saja. Setelah usaha mie ayam ini tutup, ia membuka usaha lain yakni jasa cuci motor yang bertahan hingga 5 tahun.
Seiring banyaknya pesaing, lambat laun usaha cuci motornya mulai mengalami penurunan pendapatan. Ia pun akhirnya memutuskan merantau keluar pulau.
Sebelum berjualan tahu bulat, Ari sempat bekerja sebagai tukang las dan buruh serabutan. “Saya itu jatuh, bangkit, jatuh, bangkit, ga akan nyerah demi bisa makan dan nyekolahin anak,” ungkapnya.
Ari berharap jika anaknya dan generasi muda bisa mengambil hikmah positif dari hidupnya yang terus semangat demi masa depan yang cerah dan menjamin kehidupan keluarga. Ia pun ingin jika suatu saat bisa memiliki usaha tahu bulat sendiri agar dapat menerima hasil penjualan dengan utuh tanpa harus dibagi dua. (Sinta/balipost)