Penumpang berjalan di Terminal Kedatangan Domestik setibanya di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Rabu (1/3/2023). (BP/Dokumen Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ketersediaan kamar dan kemudahan pemesanan secara online yang tak terbendung, membuat wisatawan dengan mudah datang ke Bali. Hal ini membuat, sulitnya menyaring wisatawan berkualitas yang datang.

Peneliti Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana I Made Sarjana, Selasa (23/5) mengatakan, untuk mewujudkan pariwisata berkualitas, tidak hanya dari sisi destinasi yang berkualitas tapi juga wisatawannya. Untuk menyaring wisatawan yang berkualitas tergantung dari pengelola destinasi.

Pengelola destinasi harus menggunakan alat promosi yang tepat sesuai dengan segmentasi pasar mereka. “Kelemahan kita, perencanaan pembangunan pariwisata itu kan berhenti di pembangunan fisik dan perencanaan pembangunan pemasarannya itu yang belum jelas,” ungkapnya.

Baca juga:  Berlangsung Tertutup, Kapolda Bali Paparkan Kondisi Terkini

Menurutnya pembatasan wisatawan untuk menyaring wisatawan yang masuk ke Bali akan sulit dilaksanakan. Namun jika pembatasan dilakukan di tingkat daya tarik wisata, memungkinkan dilakukan dengan membuat daftar tunggu.

Hanya saja harus ada manajemen satu komando Bali. “Kalau penjualannya satu pintu, itu memungkinkan ada daftar tunggu, harus ada manajemen penerimaan wisatawan” ujarnya.

Sementara jika pembatasan dilakukan di tingkat pintu kedatangan internasional yaitu bandara, masih ada pintu masuk lain yaitu lewat pelabuhan laut sehingga akan sulit diterapkan. Hingga saat ini secara angka, kata Sarjana, belum ada kajian tentang carrying capacity Bali untuk wisatawan per hari.

Baca juga:  Mesin Kapal Meledak di Pelabuhan Benoa, Sejumlah Kru Terluka

Sulitnya penerapan pembatasan ini juga dikarenakan perkembangan teknologi memungkinkan wisatawan memesan kamar lewat online. Jika pemesanan kamar dan wisata ke Bali dilakukan dengan travel agent, akan lebih memudahkan untuk mengontrol dan mengawasi wisatawan ke Bali.

Jika pembatasan kamar dilakukan dengan pengenaan tipping pada wisatawan atau menggunakan kuota akan sulit mengontrol, juga akan sulit dilakukan. Meski demikian, definisi dan konsep pariwisata berkualitas harus ditentukan untuk menentukan sikap dan kebijakan yang akan diambil pemerintah. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Surat Keberatan Sidang Online dari Jerinx Diterima Pengadilan
BAGIKAN