WASHINGTON, BALIPOST.com – Kelompok Tujuh Negara Maju (G7) harus bekerja sama dengan China berdasarkan prinsip-prinsip yang dimiliki bersama. Hal itu dikatakan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, saat menyampaikan sambutan kepada lulusan Akademi Angkatan Udara di Colorado, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (2/6).
Negara G7 terdiri atas Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Jepang, Kanada. Biden mengatakan bahwa AS siap untuk bersaing dengan China dan akan membela kepentingan negaranya, tetapi Washington tidak mencari “konflik atau konfrontasi” dengan Beijing.
Dia mengatakan, AS harus sebisa mungkin bekerja sama dengan China untuk mengatasi berbagai tantangan global, seperti perubahan iklim. Namun, dia juga menekankan bahwa koordinasi di antara negara-negara G7 sangat diperlukan guna meminimalkan ancaman terhadap keamanan nasional dan meningkatkan ketahanan terhadap hal yang disebut paksaan ekonomi dari Beijing.
“Dengan bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki nilai-nilai paling fundamental, kita dapat melipatgandakan kekuatan satu sama lain,” katanya.
Pernyataan Biden itu muncul ketika AS dan China masih berupaya memulihkan jalur-jalur komunikasi setelah hubungan kedua negara tersebut sempat tegang karena masalah Taiwan dan insiden balon mata-mata.
Pada pertengahan Mei, para pemimpin G7 berkumpul di kota Hiroshima, Jepang, dan menyatakan dalam komunike bahwa mereka “siap untuk membangun hubungan yang konstruktif dan stabil dengan China, mengakui pentingnya melakukan hubungan secara terbuka.”
“Pendekatan kebijakan kami tidak dirancang untuk merugikan China dan kami juga tidak berusaha menghalangi kemajuan dan pembangunan ekonomi China. Kehadiran China yang meningkat, yang bertindak berdasarkan aturan-aturan internasional, akan menjadi kepentingan global,” demikian bunyi pernyataan G7.
Pernyataan Biden dalam pidato pembukaan di Colorado itu juga menunjukkan niatnya untuk menjangkau China sebelum dia kemungkinan akan menjadi lebih sibuk untuk pemilihan presiden 2024.
Namun, China baru-baru ini menolak permintaan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin untuk bertemu langsung dengan rekannya dari China Li Shangfu selama forum keamanan tahunan yang berlangsung tiga hari di Singapura
China juga telah memutuskan saluran komunikasi antarmiliter dengan Amerika Serikat setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan pada Agustus 2022. Pelosi menjadi pejabat AS paling senior yang berkunjung ke pulau demokrasi itu dalam seperempat abad.
Selain gesekan terkait Taiwan, yang dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya, ketegangan lebih lanjut terjadi awal tahun ini setelah Washington mendeteksi apa yang disebutnya sebagai balon mata-mata China yang melintasi area-area sensitif Amerika Serikat.
Insiden tersebut menyebabkan penundaan mendadak atas rencana kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Beijing pada awal Februari.
Perjalanan Blinken dimaksudkan sebagai tindak lanjut dari pertemuan langsung antara Biden dan Presiden China Xi Jinping di Bali pada November. Pertemuan itu seharusnya menjadi kunjungan pertama pejabat setingkat menteri AS ke China sejak dimulainya pemerintahan Biden pada 2021. (Kmb/Balipost)