Red Devil diolah jadi camilan krispi. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Ikan Red Devil selama ini dianggap sebagai hama oleh banyak pembudidaya Ikan Nila di Danau Batur, Kintamani. Namun di tangan Ni Putu Eka Supraptiningsih, ikan ini bisa bernilai ekonomis karena diolah jadi camilan gurih.

Warga Banjar Dadia Puri Desa Bunutin, Bangli itu mengolah ikan predator tersebut menjadi gorengan krispi nan gurih. Wanita 43 tahun itu sudah membuat olahan ikan sejak 2013 lalu.

Baca juga:  PAKIS Klungkung dan Bangli Tangani ”Stunting” Lewat Desa Adat

Awalnya olahan ikan yang dibuat berupa abon nila. Kemudian dia mencoba mengolah Ikan Red Devil yang selama ini keberadaannya melimpah di Danau Batur dan banyak dianggap warga sebagai ikan pengganggu.

Ia sempat mengolah Red Devil menjadi sate. Namun olahan sate Red Devil tidak bisa tahan lama.

Ia juga sempat mengolahnya jadi abon. Akan tetapi agak sulit dilakukan karena daging Ikan Red Devil sedikit. Kebanyakan tulang.

Baca juga:  Bangli akan Bangun GOR Seluas 5 Hektare, Disayangkan Tak Ada Koordinasi Penentuan Lahan

Eka kemudian mengolah Red Devil dengan cara dibumbui dan digoreng hingga krispi. Proses penggorengan dilakukan sebanyak dua kali. Setelah itu baru dikemas dalam plastik klip.

Untuk membuat olahan ikan yang dinamainya Red Devil Crispy itu dirinya membeli bahan baku ikan di pasar. Produksi Red Devil Crispy tidak dilakukannya setiap hari. Sekali produksi rata-rata ia mengolah sekitar 5 kg Red Devil. “Hasilnya jadi sekitar 70 kemasan,” ujarnya.

Baca juga:  Puluhan Desa di Kintamani Belum Terjangkau Layanan PDAM

Eka mengatakan jika penyimpanannya baik, red devil crispy buatannya bisa tahan hingga satu bulan.

Ia sendiri baru mulai memasarkan red devil crispynya sejak Januari 2023 lalu. Sementara ini pemasaran dilakukan di warung-warung kecil.

Per kemasan isian kurang lebih 40 gram, dijual dengan harga sekitar Rp 5 ribu. Untuk bisa memasarkan Red Devil Crispy buatanya lebih luas, Eka mengaku dirinya masih mengurus ijin PIRT. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN