Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. (BP/Istimewa)

Oleh Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.

Setiap orang terlahir ke dunia dengan kekuatan dan keterbatasan. Kekuatan atau potensi yang dibawa sejak lahir seperti kecerdasan, kecakapan atau talenta perlu diasah dan dikembangkan, sedangkan keterbatasan atau kelemahan mestinya tidak menjadi penghalang, tetapi sebaliknya menjadi pemicu dan pemacu untuk bekerja keras meraih kesuksesan. Seperti yang ditunjukkan oleh kesuksesan seorang Putri Ariani yang sedang trending topic beritanya beberapa hari terakhir ini.

Seorang anak remaja yang terlahir berkebutuhan khusus dengan keterbatasan pengelihatan yang dimiliki mampu membuktikan kekuatannya bukan hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional. Tentu kesuksesan tersebut didapatkan dengan penuh perjuangan, baik oleh dirinya sendiri yang mengasah kekuatannya secara sadar ditambahkan dengan dukungan orang-orang terdekat.

Sejak usia 2 tahun, dia mampu menyadari kekuatan atau kecerdasannya pada musical intelligence, yang ditunjukkan lewat bakat menyanyinya. Bahkan kekuatannya tersebut diasah secara otodidak. Orangtuanya yang mampu mencermati bakat besar anaknnya ini hanya memberikan dukungan dan fasilitas yang maksimal. Akhirnya usaha dan kerja keras yang ditunjukkan oleh Putri berbuah manis, dalam usia 8 tahun mampu menyabet juara 1 Indonesia’s Got Talent (IGT) tahun 2014 dan kemudian diikuti dengan memperoleh Golden Buzzer America’s Got Talent (AGT) tahun 2023. Sungguh sebuah prestasi yang menakjubkan. Terkait dengan kecerdasan yang lebih dikenal dengan istilah intelegensi, Howard Gardner seorang tokoh psikologi terkenal dunia menjelaskan 8 jenis kecerdasan manusia yang disebut Muttiple Intelligence, yaitu logika-matematika, linguistik, interpersonal, intrapersonal, musikal, visual-spasial, kinestetik, dan naturalistik. Bila maing-masing kecerdasan tersebut dikembangkan secara maksimal, bisa dipastikan setiap anak akan menjadi orang yang sukses di bidang tertentu sesuai kekuatan yang dimiliki.

Baca juga:  Mengapa Wisman Tak Kunjung Datang?

Seseorang yang memiliki kecerdasan logika-matematika memiliki keunggulan dalam pemahaman konseptual dan pemecahan masalah. Mereka yan cerdas linguistik adalah orang-orang yang unggul dalam menggunakan bahasa baik berbicara dan menulis. Kecerdasan interpersonal memiliki kekuatan pada kemampuan memahami orang lain sehingga mudah bergaul dan diterima dalam berbagai konteks. Sementara itu, intrapersonal adalah orang yang cerdas dalam memahami dan merefleksikan kekuatan dirinya, sehingga mampu menghargai kondisi dan perasaan orang lain. Kecerdasan musikal adalah mereka yang cakap dalam musik sehingga mudah memahami nada, irama, dan notasi lagu. Visual-spasial adalah kecerdasan yang berhubungan dengan gambar dan ruang, jadi mereka adalah orang yang cerdas dalam menggambar atau visualisasi. Kinesetik adalah kecerdasan yang berhubungan dengan ketangkasan fisik seperti ditunjukkan oleh para olahragawan. Terakhir adalah naturalistik yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan memahami alam, dan senang dengan kegiatan yang terkait dengan lingkungan luar. Setiap orang dibekali minimal salah satu dari jenis kecerdasan tersebut, sehingga setiap anak dapat dipastikan mampu menjadi orang yang sukses bila orang-orang terdekatnya mampu mengarahkan dan membimbingnya dengan tepat.

Baca juga:  Bali dan Kepemimpinan Nasional

Berkaca dari contoh kesuksesan seorang Putri Ariani yang menginspirasi ini, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan kita semua khususnya para orangtua. Pertama, orangtua yang menjadi figur terdekat anak dan sebagai pendidik pertama dan utama di rumah hendaknya mampu menjadi pengamat handal di fase-fase awal perkembangan anak. Di periode emas tumbuh kembang anak antara usia 0 sampai dengan 12 tahun, orangtua harus sensitif memahami kecerdasan yang dimiliki putra-putrinya. Di antara 8 kecerdasan yang dipaparkan oleh Howard Gardner tersebut di atas, orangtua harus paham yang mana menonjol ditunjukkan oleh putra-putrinya dari kesenangan, bakat, dan kebiasaan yang dilakukan setiap harinya.

Baca juga:  Menjaga Harmonisasi Budaya

Kedua, bila bakat dan kesenangan yang ditunjukkan anak tidak sesuai dengan harapan orangtua, sebaiknya orangtua mengusahakan berkomunikasi dengan anak. Akan lebih baik orangtua tidak memaksakan kehendak atau kesenangan orangtua, karena anak dapat berkembang secara tidak menyeluruh bila yang dilakukan bukan atas dasar kemauan atau pilihannya sendiri. Jadi komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sangat diperlukan dalam pengembangan potensi anak. Ketiga, orangtua bisa memberikan tantangan (challenge) bila ada perbedaan harapan dan keinginan antara orangtua dan anak, yaitu dengan menantangnya untuk menunjukkan kerja keras dan keseriusan dengan apa yang menjadi pilihannya, sehingga dapat membuktikan prestasinya pada pilihannya tersebut. Dengan cara demikian, orangtua bisa menghindari ‘perang’ tetapi sebaliknya berperan sebagai motivator dan supporter dalam pengembangan anak. Jadi, pemahaman kekuatan dibarengi dengan dukungan dan komunikasi serta kerjasama yang baik antara orangtua dan anak dapat menjadi dasar yang kuat untuk mengarahkan dan membimbing anak pada kesuksesan.

Penulis, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *