Sejumlah orang melakukan terapi pasir hitam di Pantai Desa Kerobokan, Buleleng. (BP/ist)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Kawasan pantai di Buleleng yang terpanjang di Bali tidak hanya potensial dalam penangkapan dan budidaya perikanan laut. Potensi terpendam lain dan belum banyak dikelola warga adalah pasir hitam yang halus.

Berdasarkan penelitian, pasir ini bermanfaat untuk terapi kesehatan. Lembaga Peneliti dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana (UNUD) mencatat, pasir hitam di Bali Utara dapat menghasilan panas dengan suhu tertentu. Hawa panas inilah yang dapat dijadikan sebagai terapi kesehatan.

Koordinator Peneliti dari LPPM UNUD Dr. Agus Dharma, saat mengadakan demonstrasi pemanfaatan hawa panas pasir sebagai alternatif kesehatan di Pantai Desa Kerobokan, Minggu (14/1), mengatakan penelitian tersebut dilakukan di pesisir Pantai Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan sejak 2017. Selama itu, tim dari LPPM UNUD mengamati dan mengambil sempel pasir hitam yang ada di pantai sebagai data penelitian.

Baca juga:  Fasilitas Tak Seimbang Jadikan Pariwisata Bali Tak Merata

Dari hasil penelitian, ditemukan hawa panas pasir rata-rata 45 derajat sampai 50 derajat celcius dapat dijadikan alternatif terapi kesehatan. Peluang itu dapat dilakukan mulai pukul 09.00 Wita sampai pukul 17.00 Wita. Cukup dengan menggali kedalaman galian pasir maksimal 50 centimeter.

Waktu yang diperlukan selama 15 menit, kemudian masa pemulihan setelah bangkit dari timbunan pasir perlu waktu selama 5 menit. “Warga sudah terbiasa memanfaatkan hawa panas pasir itu untuk alternatif kesehatan. Penelitian kami ini lebih memberikan informasi yang benar, warga yang memanfaatkan terapi hawa panas pasir itu,” katanya.

Baca juga:  Pembukaan Kawasan Publik Guna Menghidupkan Sektor Ekonomi

Menurut Agus, penelitian tersebut berdasar teknik pengobatan kuno dengan hawa panas pasir yang ada di sebuah daerah di Jepang. Hanya saja, pengobatan di negara tersebut diperkirakan sudah berlangsung 400 tahun silam, menfaatkan hawa panas pasir yang muncul dari bawah. Kemunculan hawa panas itu karena di daerah tersebut ada gunung yang mengeluarkan hawa panas dari bawah pasir.

Sedangkan untuk di Bali Utara sendiri, hawa panas yang muncul dari atas dipicu terik matahari. “Kami masih melanjutkan penelitian untuk memberikan hasil lebih detail terkait penyakit apa yang dapat disembuhkan,” tegasnya.

Sementara Ketua LPPM UNUD Prof Dr. Ir I Gede Rai Maya Temaja mengatakan, hasil penelitian di Pantai Desa Kerobokan tersebut akan ditindaklanjuti untuk dikembangkan di pantai-pantai di sepanjang Bali Utara. LPPM UNUD selain menggelar demostrasi pemanfaatan hawa panas pasir hitam sebagai terapi kesehatan, juga melaksakan aksi tanam pohon, dan penenggelaman satu buah hexadome yang dipusatkan di Pantai Kerobokan.

Baca juga:  Pengelolaan Pasar Banyuasri Tanpa Target Pendapatan

Perbekel Desa Kerobokan, Putu Wisnu Wardana mengatakan, dengan ada hasil penelitian itu, pihaknya optimis mampu menambah ketertarikan warga datang ke Pantai Kerobokan. Desa Dinas bersama Desa Adat juga terus berupaya mengembangkan Pantai Kerobokan, menjadi sebuah kawasan rekreasi. “Ini sangat baik bagi pengembangan wilayah kami dan sekarangpenataaan taman di kawasan itu juga dilengkapi jogging track,” tegasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *