NEGARA, BALIPOST.com – Semburan gas metan dari perluasan timbunan sampah di Tempat Pengolahan Sampah (TPA) Peh, Desa Kaliakah, Jembrana belum termanfaatkan. Sehingga gas-gas tersebut kini menyemburat liar dan berbahaya. Gundukan sampah yang baru dikerjakan akhir tahun lalu itu, masih berupa tanah lapang. Saat kondisi tanah berlumpur gas yang keluar dari celah-celah tanah urugan terlihat menyembul di genangan air. Seperti yang terlihat pada Senin (15/1).

Tanah di lokasi pemanfaatan lahan di TPA Peh melalui program sanitary landfill (menanam sampah) itu nampak lebih tinggi dibandingkan tanah di Pabrik Kompos yang bersebelahan. Belakangan diatas lahan timbunan tersebut muncul genangan yang airnya meletup-letup seperti mendidih. Sejumlah warga yang mengais rejeki dari memilah sampah di TPA, mengaku gas itu mulai tercium sejak adanya perluasan tersebut. Namun, para pemulung yang sebagian besar dari warga sekitar Peh ini mengaku sudah terbiasa. Bau gas sangat menyengat sehingga mereka juga jarang ke lokasi gundukan tersebut. Gas metan yang keluar dari sampah yang ditimbun tanah ini keluar dari celah-celah tanah dan menimbulkan letupan seperti semburan lumpur. Karena ada genangan air, maka letupan itu terlihat di sejumlah genangan

Baca juga:  Pascapembongkaran Blokir TPA Peh, Warga Inginkan Jalan Diaspal

Dari pengamatan, gundukan tanah yang dibawahnya sampah ini lebih tinggi dibandingkan tanah di sisi Utara. Sebelumnya lahan perluasan ini merupakan jalan masuk ke TPA dan sebagian merupakan bangunan dari Pabrik Kompos. Sebelumnya bangunan itu sempat digunakan untuk Kantor UPT Pabrik Kompos dan berubah fungsi menjadi gudang Perusda. Saat ini bangunan tersebut telah diratakan dan jalan masuk melalui satu pintu di Pabrik Kompos. Diatas genangan nampak pipa peralon yang belum terpasang.

Baca juga:  Cegah Gangguan Penerbangan, Airnav Petakan Balon Udara Liar

Di sisi lain, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jembrana I Ketut Kariadi Erawan mengatakan gas metan yang muncul dari timbunan sampah itu timbul karena ada proses pembusukan sampah. Menurutnya, gas tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan bagi masyarakat. Dins menurutnya saat ini baru mengalokasikan dalam bentuk biomembran.

Untuk pemanfaatannya, Dinas masih melihat potensi dan bila berpeluang akan dikerjasamakan dengan ahlinya. Menurut Kariadi, volume sampah tiap harinya di TPA Peh berkurang dari tahun-tahun sebelumnya yakni berkisar 10 ton. Salah satu pemicunya, program dari masyarakat untuk memilah sampah hingga ditingkat keluarga mulai dilakukan (surya dharma/balipost)

Baca juga:  Cegah Klaster Covid-19 Balapan Liar
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *