beras
I Wayan Ardiasa. (BP/sos)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Harga beras medium yang melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) masih terjadi di Kabupaten Klungkung. Pemkab tak bisa menangani persoalan tersebut alias angkat tangan. Pasalnya, jika dibuatkan kebijakan penurunan harga, pedagang akan merasa dirugikan. “Pedagang membeli beras sudah diatas HET. Kalau penjualannya sesuai itu (HET-red), kan bisa rugi. Kami sulit menangani ini,” ungkap Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Klungkung, I Wayan Ardiasa, Selasa (16/1).

Langkah yang bisa dilakukan pemkab hanya pada upaya menstabilkan harga dengan melaksanakan pasar murah. Namun ini harus dikoordinasikan dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah. “Yang jadi leading sektor untuk melaksanakan itu Bagian Ekonomi,” sebutnya.

Baca juga:  Berhasil Tekan Disparitas Harga, Kemenhub Perbanyak Armada Tol Laut

Pejabat asal Jembrana ini menyebutkan selain beras medium yang beredar di pasaran, kenaikan juga terjadi untuk jatah Aparatur Sipil Negara yang terpasok dari koperasi. “Desember harganya Rp 9.800. Januari ini Rp 9.900,” imbuhnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bagian Ekonomi Setda Klungkung, Ketut Sena mengungkapkan pasar murah sudah dilaksanakan menjelang perayaan tahun baru, menyasar sejumlah daerah yang memiliki masyarakat berpenghasilan rendah. Jika itu dipandang perlu dilaksanakan di tengah harga beras yang bergejolak, pihaknya berkoordinasi dengan Badan Usaha Logistik (Bulog). “Kami lihat dulu perkembangan harga seminggu sampai dua minggu kedepan. Kalau masih tinggi, kami laksanakan lagi,” tegasnya.

Baca juga:  Pemkab Pastikan Uang 352 Juta Kembali ke LPD Suwat

Ia menjelaskan, harga jual kebutuhan pokok itu saat pasar murah lebih rendah dari pasaran. Namun tetap berada diatas HET. “Sulit bisa sesuai HET,” sebutnya.

Terkait lonjakan harga saat ini, diduga akibat penurunan produktifitas lahan persawahan, disamping proses penggilingan gabah pada Koperasi Unit Desa kurang maksimal sebagai imbas musim penghujan. “Koperasi banyak yang tidak memiliki mesin pengering gabah. Ini mepengaruhi produksi beras. Tahun ini, pada anggaran perubahan, Pak Bupati merencanakan untuk memberikan KUD alat itu. Supaya produksi bisa berkelanjutan,” imbuhnya.

Seperti berita sebelumnya, harga beras medium di bumi serombotan sebelumnya Rp 220 ribu menjadi Rp 230 ribu. Salah seorang pedagang, Nyoman Surini mengungkapkan situasi itu sudah berlangsung sejak sepekan terakhir, dengan kenaikan secara bertahap. “Tiap hari harganya naik kisaran Rp 2.500 per sak,” katanya.

Baca juga:  Antisipasi WNA Berulah, Imigrasi Rancang Database Turis Berkunjung

Pedagang di Pasar Galiran, Klungkung, Nyoman Dasni menyatakan harga jual eceran beras tersebut juga turut melonjak, dari Rp 9.500 per kilogram menjadi Rp 10.500. Angka tersebut melampui Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 9.450 per kilogram. Kenaikan harga ini mengakibatkan penjualannya turun hingga 50 persen. “Pasokan juga turun. Katanya produksi gabah berkurang karena gagal panen,” ucapnya. (sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *