SINGARAJA, BALIPOST.com – Kelebihan stok beras di Kabupaten Buleleng hingga sekarang tercatat sebanyak 3,679 ton. Dengan persediaan itu, harusnya peredaran beras di pasaran stabil.
Namun demikian, harga beras justru semakin melambung. Sekarang sudah menyentuh Rp 13.000 per kilogram.
Data dihimpun di lapangan, Kamis (18/1), hasil panen periode Januari – Oktober 2017 sebanyak 103.784 ton gabah kering giling (GKG). JUmlah itu dihasilkan dari luas tanam padi 18.895 hektar.
Dari total GKG itu setelah diolah menjadi beras mencapai 65.591 ton. Dengan jumlah penyusutan dari gabah kering menjadi beras diperkirakan sebanyak 0,1 persen atau 518 ton.
Dengan jumlah kebutuhan beras masyarakat Buleleng periode Januari-Oktober 2017, tercatat sebanyak 61.394 ton, Buleleng memiliki kelebihan stok beras sebanyak 3.679 ton. Data tersebut diperkuat lagi dengan jumlah lahan yang gagal panen.
Terkait hal ini, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Nyoman Swatantra mengaku heran dengan kenaikan harga beras yang semakin liar. Dia menduga, gabah kering hasil panen dibeli oleh pedagang luar Buleleng.
Sehingga, beras yang dihasilkan tidak dijual di Buleleng. “Seharusnya kita sudah kelebihan beras dan mestinya harga tetap stabil. Tetapi saya perkirakan, gabah itu dibeli oleh pedagang luar Buleleng, karena pengusaha penyosohan beras di Buleleng kemungkinan juga karena keterbatasan modal,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)