Penglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Smara Putra. (BP/kmb)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Rencana pengembalian ratusan objek benda budaya penting peninggalan sejarah oleh Belanda kepada Indonesia, disambut antusias Penglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Smara Putra. Sebab, diantara peninggalan bersejarah itu, ada pusaka sebilah keris dari Klungkung.

Namun, Ida Dalem mengaku melum mengetahui persis kapan rencananya pusaka yang dirampas Belanda pada Perang Puputan Klungkung, 21 April 1908 dipulangkan ke Indonesia. “Pusaka kerajaan kita di Belanda (Museum Leiden), itu ada banyak. Namun, yang mana akan dikembalikan, belum tahu pasti. Kalau keris Kerajaan Klungkung, ciri-ciri pada gagangnya bertahtakan emas dan batu permata,” kata Ida Dalem saat ditemui di Puri Agung Klungkung, Senin (10/7).

Baca juga:  Kasus Dugaan Pelecehan Seksual, JDA Akhirnya Ditahan

Dia menambahkan, bagaimana bentuk asli fisik pusaka yang digunakan raja saat perang melawan Belanda pada Perang Puputan Klungkung 115 tahun silam, tidak diketahui secara persis. Karena sejak awal, dia belum pernah melihatnya langsung.

Pihaknya pernah diundang Museum Nasional Belanda (Museum Nasional Kebudayaan Dunia (NMVW) untuk melihat langsung. Undangan yang diperoleh saat  terjadinya pandemi COVID-19 tak dapat dimanfaatkan, karena adanya larangan penerbangan ke luar negeri.

Baca juga:  Ramai di Medsos, Iklan Villa dengan Pantai Pribadi

Sehingga, sejak dirampas hingga kini pun Ida Dalem mengaku belum pernah melihatnya langsung. Pihaknya berharap pengembalian benda bersejarah itu segera dapat dilakukan.

Jika direalisasikan, sampai di Klungkung harus dilakukan upacara pembersihan menurut Hindu di Bali. Sebab, selama di Belanda, pusaka ini hanya dirawat secara fisik. Sehingga secara niskala diduga belum pernah dilakukan.

Pihaknya mengaku sangat bersyukur, akhirnya wacana yang sudah bergulir sejak dulu ini, ada solusi nyata. Sehingga, pihaknya berharap pengembalian itu segera dapat direalisasikan.

Baca juga:  Sambut HUT ke-79 RI, Lomba Menjunjung Sokasi Digelar di Tembuku

Perang Puputan Klungkung, menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah di Bali. Pada perang tersebut, Ida Dalem menceritakan, Perang Puputan Klungkung diawali oleh peristiwa Perang Gelgel yang terjadi pada 18 April 1908.

Kemudian, pada 21 April, akhirnya Belanda mengerahkan angkatan lautnya dari Pantai Jumpai dan keesokan harinya mendarat di Kusamba. Mereka menyerang Klungkung dari arah timur, barat, dan selatan. Raja Klungkung I Dewa Agung Jambe beserta keluarga dan rakyat bertempur hingga gugur, yang kemudian dikenang hingga kini sebagai Perang Puputan. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN