GIANYAR, BALIPOST.com – Sesuai dengan rencana awal, timnas U-17 bakal menjalani pemisatan latihan di Qatar dan Jerman. Oleh karena terik mentari yang menyengat, maka PSSI mengurungkan niatanya skuad Garuda Muda berlatih ke Qatar, dan hanya fokus di Jerman.
Ketua Umum PSSI Pusat Erick Thohir, saat mengunjungi seleknas pemain U-17, di Lapangan Bali United, Pantai Purnama, Gianyar, Minggu (16/7), menerangkan, TC di Jerman antara satu setengah bulan sampai dengan dua bulan. Selanjutnya, pemain balik ke Tanah Air dan adaptasi 10 hari. Menurut dia, rekrutmen pemain telah dilakukan di Palembang dan Bandung, kemudian Bali.
“Di Bandung peserta seleksi 187 pemain, yang lolos 4 pemain, di Palembang pesertanya 147 pemain yang lolos 2 pemain, dan di Bali pecah rekor pesertanya mencapai 947 pemain,” ungkap Erick Thohir.
Seleksi baru dilakukan pada tiga kota, dan seleksi serupa bakal menyusul pada sembilan kota lagi, hingga totalnya 12 kota. “Hasil seleksi pada 12 kota ini, kami rekrut Agustus,” ucap Erick Thohit yang juga Menteri BUMN ini.
Ia menyebutkan, Piala Dunia U-17 memerlukan enam sampai dengan delapan stadion, termasuk dua usulan stadion baru di Bogor dan Jakarta International Stadium (JIS). “FIFA bakal turun mengecek ulang stadion yang kami usulkan,” ujarnya.
Selaku tuan rumah, Erick Thohir hanya konsentrasi menyiapkan tim, seraya meraih prestasi terbaik. Timnas ini pun dipertahankan untuk proyeksi Piala Dunia U-20 pada 2025.
Untuk itu, pembentukan tim tidak boleh dadakan dan harus jauh hari, sebab prestasi juara bukanlah diperoleh secara instan maupun kejutan. Disinggung mengapa FIFA masih memberikan kepercayaan kepada Indonesia untuk menghelat hajatan Piala Dunia, Erick menegaskan, secara pribadi dirinya yang pernah menangani klub Inter Milan, kenal akrab dengan Presiden FIFA Gianni Infantino, dan persahabatan berlajut hingga saat ini, didukung komitmen pemerintah yang merenovasi 22 stadion di Indinoesia.
Erick Thohir juga menyoroti kinerja wasit di lapangan hijau, berikut peran suporter di kancah persepakbolaan nasional. “Kalau ada kecurangan atau permainan di lapangan, pasti Si Pengadil Lapangan saya gigit,” tegasnya.
Terbukti, beberapa wasit tidak boleh memimpin laga lagi, dan ada kasusnya yang ditangani Bareskrim. Suporter tamu bukan pendukung kedua kesebelasan, juga menyusup dalam duel Persik Kediri melawan Arema, hingga rusuh “Yang mengherankan, antarsuporter tuan rumah saja bisa berkelahi,” keluhnya.
Padahal, FIFA terus memantau persepakbolaan nasional dua tahun. pasca Tragedi Kenjuruhan, sehingga suporter tamu dilarang hadir. (Daniel Fajry/balipost)