Gas melon kembali mengalami kelangkaan di sejumlah daerah di Bali. (BP/wulan)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kelangkaan elpiji 3 kg atau biasa disebut gas melon kembali terjadi. Kelangkaan yang terjadi juga mengakibatkan para pedagang kelontong mengeluh karena kesulitan mendapat pasokan.

Hal ini disampaikan sejumlah pedagang kelontong saat dijumpai Selasa (25/7). Salah satunya, Ni Made Dewi Hartagita Jayanti mengeluhkan kembali terjadinya kelangkaan gas ini. “Sekarang aja barangnya udah susah didapat. Kemarin sama hari Minggu itu, udah 2 hari nggak jualan gas. Karena blom kebagian dari pangkalan,” jelasnya.

Baca juga:  Usai Vaksinasi COVID-19 dan Monitoring, Ini Kata Presiden Jokowi

Ia mengungkapkan menjual dengan kisaran harga Rp20.000 per tabung. “Kalau biasanya 100 (tabung) per hari, tapi sekarang kayak 2 hari sekali baru datang karena gasnya langka,” ucap perempuan asal Banjar Latu, Badung itu.

Ia juga mengungkapkan sudah satu minggu lebih mengalami kelangkaan gas. Kondisi ini diakuinya menuai keluhan dari beberapa konsumen. “Banyak yang ngeluh karena nggak ada gas, di warung-warung kaya deretan warung ini semua kosong,” sebutnya.

Baca juga:  Tepergok Curi Pompa Air, Pemulung Diamankan

Sama dengan Dewi, I Wayan Sondri yang menjual di kisaran Rp22.000 per tabung juga tak memperoleh pasokan secara normal. “Saya kemarin dikasih 5, kadang 10 jarang-jarang. Di situ (Pangkalan, red) juga sulit katanya,” jelasnya.

Ia mengaku sudah 5 hari tidak menjual gas melon karena jatah yang terbatas.

Seorang pedagang lainnya, Ni Made Elvin Karniadewi, mengungkapkan tokonya secara rutin dipasok gas melon dari pangkalan. “Pengirimannya setiap hari sih, kecuali hari Minggu sama tanggal merah,” jelasnya.

Baca juga:  Gubernur Koster Sebut Senator Australia Sebar Hoaks, Klaim PMK Sudah Tak Ada

Jatah gas melon yang diperolehnya tergantung dari pengiriman. Diakuinya memang terjadi pengurangan dari pasokan normal. Elpiji 3 kilogram yang dijual di toko ini berada kisaran harga Rp18.000.

“Pengirimannya terus ada tapi dapat dikit saja,” ucap perempuan asal Desa Peguyangan itu. (Wulan/balipost)

BAGIKAN