Manager Komunikasi PLN UID Bali, I Made Arya (kiri) dan Manager K3, Lingkungan dan Keamanan PLN UID Bali, I Made Ariana, memberikan keterangan terkait solusi pemasangan penjor hindari gangguan listrik. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Menjelang hari raya Galungan dan Kuningan, umat Hindu di Bali akan memasang penjor. Pemasangan penjor yang tidak aman akan menimbulkan gangguan listrik.

Dari data PLN, di 2021, jumlah gangguan listrik akibat penjor mencapai 14 kasus. Sedangkan di 2022 mencapai 7 kasus dan 2023 per Kamis (27/7) mencapai 7 kasus.

Manager K3 (Kesehatan, Keselamatan, Kerja), Lingkungan dan Keamanan PLN UID Bali, Made Ariana mengimbau masyarakat mewujudkan keamanan bersama yaitu keamanan masyarakat sendiri dalam memasang penjor, serta keamanan distribusi listrik PLN juga terjaga. “Biar sama-sama jalan, keamanan terwujud, kegiatan budaya dengan pemasangan penjor saat hari raya Galungan dan Kuningan juga bisa tetap jalan,” ujarnya.

Keamanan pemasangan penjor tidak hanya saat penjor tersebut terpasang, tapi juga memperhatikan keamanan saat pemasangan dan pencabutan penjor. Sebab, akan berpotensi menyentuh jaringan listrik PLN.

Baca juga:  Lima Tahun, Lahan Pertanian di Denpasar Menyusut Ratusan Hektar

Pada saat penjor terpasang, diharapkan jarak amannya terpenuhi yaitu minimal 2,5 meter dari jaringan listrik PLN, khususnya jaringan tegangan menengah, utamanya kabel yang masih terbuka. Sedangkan pada kabel yang sudah terisolasi, relatif aman namun tidak sepenuhnya aman.

Ariana menjelaskan, isolasi kabel ada tingkatannya, yaitu kabel tegangan menengah terisolasi dengan kapasitas 11 KV, sementara jaringan tersebut bertegangan 20KV sehingga belum sepenuhnya aman. Ada juga yang sudah terisolasi sampai 20 KV yang disebut MVTIC yaitu kabel yang sudah terjalin seperti rambut, dikatakan lebih aman.

Ada juga kabel single atau satu urat, terisolasi dengan kapasitas isolasinya masih rendah. “Jadi itu perlu juga menjadi perhatian,” ujarnya.

Manager Komunikasi PLN UID Bali I Made Arya, Kamis (27/7) menjelaskan, pemasangan penjor merupakan kegiatan rutin setiap 6 bulan sekali. Namun, masih ada masyarakat yang kurang memperhatikan keamanan penjor.

Baca juga:  Sudah Segini, Jumlah Pasien Pengawasan Corona Dinyatakan Negatif

Maka dari itu pihaknya tidak bosan mengedukasi masyarakat, khususnya umat Hindu agar dalam pemasangan penjor memperhatikan jarak aman minimal 2,5 meter jarak dari jaringan listrik. Jika penjor tersebut sampai mengenai jaringan listrik PLN maka yang terjadi tidak hanya mengganggu distribusi listrik PLN karena menyebabkan pemadaman, tapi juga membahayakan masyarakat di sekitarnya. “Terutama pada saat hujan, penjor yang menyentuh jaringan listrik, bisa menjadi penghantar listrik ke masyarakat yang memegang,” ujarnya.

Selain edukasi melalui media, pihaknya hingga kini telah bersinergi dengan stakeholder terkait, terutama MDA. Kolaborasi dengan MDA, bahwa MDA mengirimkan surat ke bendesa seluruh Bali untuk imbauan pemasangan penjor.

Baca juga:  Tingkatkan Perekonomian Bali, PLN dan Bank Mandiri Lanjutkan Sinergi

Selain itu tim PLN juga selalu memantau jaringan PLN dan pada hari tertentu, seperti Galungan dan Kuningan, lebih intens memantau ke lokasi yang berpotensi terjadinya gangguan. Meskipun potensinya merata terjadi di seluruh Bali, namun kejadian gangguan akibat penjor kerap terjadi di wilayah Badung, Denpasar, Tabanan, Gianyar.

Memang pemasangan penjor tidak dapat diubah, yaitu di depan rumah yang terdapat pula jaringan listrik. Solusinya adalah penyesuaian tinggi penjor tidak lebih dari 13 meter atau setara 13 meter. “Jaringan kita kan 13 meter. Pada jaringan kabel PLN yang berisolasi masih aman, tapi jaringan listrik PLN yang berbahaya adalah yang bertegangan 20KV dengan ketinggian 13 meter. Sementara penjor kita 5 meter-7 meter sudah cukup tinggi,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN