DENPASAR, BALIPOST.com – Ketua Umum Serikat Perusahaan pers (SPS), Januar P. Ruswita, menyebut berkembang pesatnya platform digital global 10 tahun terakhir ini, telah membuat kualitas produk jurnalistik terdegradasi. Hal ini disampaikan pada HUT ke-77 SPS, di Hotel Harris Convention, Denpasar, Kamis (10/8). Perayaan HUT diisi dengan Dialog Nasional bertajuk “Transformasi Bisnis Media untuk Bangkit Bersama”, dilanjutkan dengan kegiatan Rakernas.
Ketua Umum SPS, Januar P. Ruswita, mengatakan 10 tahun terakhir perkembangan teknologi digital bergerak dengan sangat cepat. Semua sektor kehidupan sudah berhubungan dengan teknologi digital.
Bahkan, saat kita membuka HP, semua telah terhubung langsung dengan berbagai paltform dan aplikasi. Begitu juga dengan sektor industri. Termasuk industri media yang ikut terkena dampak gelombang teknologi digital.
Bahkan, tidak sedikit media yang sudah tutup operasi, karena tidak mampu bertahan. Baik dari segi teknologi, maupun dari segi ekonomisnya.
Sementara perkembangan teknologi digital mendorong kemunculan media-media baru, seperti media online dan media sosial. Kehadiran media baru ini merubah skema produksi media, skema diskusi, dan konsumsi berita dan informasi.
Bahkan, merubah model bisnis dari industri media sendiri. Semua skema operasional dan model bisnis media tersebut, terhubung dengan ekosistem yang saat ini masih sangat tergantung pada keberadaan platform-platform digital global.
Namun demikian, dalam keterhubungan ekosistem digital tersebut untuk beberapa hal media dan publik dimudahkan dengan keberadaan platform digital perubahan tersebut. Terutama pada skema bisnisnya, media seperti diatur sesuka-sukanya oleh logaritma platform digital tersebut.
Sementara, diketahui belanja iklan komersial saat ini dikuasai oleh beberapa platform digital global tersebut. Dampaknya, terjadi perubahan mendasar yang menyentuh pondasi ekosistem industri pers.
Akibatnya, demi mendapatkan pembagian “kue” iklan yang dikuasai beberapa platform digital global, banyak perusahaan pers “menyesuaikan produk jurnalistiknya” dengan mengubah logaritma menyesuaikan dengan logaritma platform digital tersebut.
“Jadi, boleh dikatakan kalau bahasa bagusnya mendegradasikan diri dalam produk kualitas jurnalistiknya. Jurnalisme sebagai industri media sedang terancam. Bahkan, tidak menutup kemungkinan mengancam misi suci pers dalam membangun karakter bangsa,” ujar Januar P. Ruswita.
Dari kondisi industri pers tersebut, SPS dalam peringatan HUT ke-77 ini, mengangkat tema “Transformasi Bisnis Media untuk Bangkit Bersama”. Dengan harapan transformasi dan kolaborasi akan menjadi jawaban bagi kebangkitan bagi industri pers nasional. HUT ini menjadi momentum bagi perusahaan pers untuk duduk bersama dengan para pemangku kepentingan.
Dikatakan, SPS sebagai asosiasi perusahaan pers yang terdiri dari 538 perusahaan pers, menyerukan kepada semua pihak terutama pemerintah untuk hadir menyelematkan industri pers senagai bagian dari warisan bangsa. Sehingga, pers bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan bermakna di tengah gempuran berita hoax.
Dialog Nasional dibuka oleh Ketua Umum SPS, Januar P. Ruswita, dengan menghadirkan Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, dan Gubernur Bali, yang diwakili Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra, sebagai keynote speaker.
Dialog Nasional diisi oleh 3 orang narasumber. Yakni, Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, Anggota Dewan Pers, CEO Tempo Inti Media Tbk., Arif Zulkifli, dan GM Digital & Budiness Development Telkomsel, Vicky Fathurahman, serta Wakil Ketua Umum Ekonomi Digital & Energi Terbarukan Kadin Bali, Agung Wirapramana. (Winatha/balipost)