Salah seorang pengunjung mencoba mobil listrik yang terbuat dari limbah kendaraan yang sudah tidak terpakai. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Penggunaan mobil listrik yang mulai ramai saat ini, memacu para siswa di sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk berlomba-lomba merakit kendaraan ramah lingkungan. Salah satunya, Fashion Car yang merupakan mobil rakitan siswa PGRI 2 Badung.

Mobil listrik yang memanfaatkan suku cadang kendaraan bekas ini diklaim mampu menempuh jarak 60 km dengan kecepatan maksimal 110 km per jam. Sistem pengisian dayanya pun simpel, hanya dengan colokan listrik yang umum dipakai di rumah tangga, sehingga dapat mengisi daya di mana saja.

Kepala SMK PGRI 2 Badung, I Gusti Ketut Sukadana saat ditemui, Kamis (24/8), mengatakan, pembuatan mobil listrik terinspirasi dari adanya kebijakan berkaitan transportasi yang menggunakan energi terbarukan di Bali. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 48 Tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

Baca juga:  Pemkab Bangli Tempatkan Puluhan Pegawai di Restoran

“Ide awal adalah untuk menciptakan kendaraan ramah lingkungan. Selain itu, dapat menjaga kualitas udara di Bali. Ini sesuai dengan lergub bahwa untuk ramah lingkungan disarankan masing-masing lembaga nantinya akan menggunakan kendaraan listrik,” ujarnya.

Selain mobil listrik, siswa PGRI 2 Badung juga telah menkonversi motor dengan bahan bakar minyak menjadi motor listrik. Sebanyak dua motor listrik pun sempat diikutsertakan dalam pameran di Nusa Dua. “Dari sana munculah ide untuk membuat mobil listrik pada tahun 2022. Akhirnya kita merancang mobil listrik dengan siswa jurusan teknik kendaraan ringan,” ungkapnya.

Baca juga:  Asosiasi BPK Sedunia Sepakat Laksanakan SDGs

Menurutnya, Fashion Car ini memiliki waktu pengisian energi selama 6 hingga 8 jam. “Tidak menggunakan perangkat khusus, bisa di-charge langsung di rumah dengan daya yang 1.200 watt,” jelasnya.

Dalam pembuatan mobil ini, Sukadana menerangkan, banyak menggunakan suku cadang mobil bekas. Seperti bagian sasis, sistem pengereman, velg, transmisi, dan sebagainya. Sementara, body mobil dirakit sendiri dengan bantuan industri pengelasan. “Untuk desainnya kami bekerja sama dengan Dosen ISI Denpasar. Untuk kelistrikannya dirakit oleh siswa,” terangnya.

Baca juga:  Desa Adat Bisa Terapkan Karantina Wilayah, Ini Syaratnya

Sementara, untuk baterai masih menggunakan aki mobil. Hal ini juga disebutkan untuk menghemat biaya produksi. Secara keseluruhan mobil listrik ini telah menghabiskan biaya sekitar Rp140 juta.

Pihaknya berharap, Pemkab Badung dapat memberikan mobil yang sudah terpakai. Sehingga sasis dari mobil itu dapat digunakan kembali untuk pembuatan mobil listrik. “Kalau itu nanti bisa jadi, siapa tahu nanti beliau berkenan dipakai untuk mobil operasional di dalam kawasan Puspem Badung,” sebutnya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *