SINGARAJA, BALIPOST.com – Pascabanjir yang menyebabkan lumpur tebal menutupi ruangan kelas di SDN 1 Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, masih terus dilakukan upaya pembersihan.
Para guru bersama aparat desa dan tokoh masyarakat sejak Jumat (26/1), membersihkan lumpur maupun bongkahan beton dan potongan kayu yang banyak mengotori areal sekolah yang satu-satunya di Desa Baktiseraga.
Kerugian yang paling besar adalah komputer sekolah yang berisi data siswa, dokumen amdiminstrasi, hingga beberapa dokumen Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hilang tergerus banjir.
Minggu (28/1), para guru bersama aparat desa, dan tokoh masyarakat masih melakukan gotong royong untuk membersihkan lumpur yang menutup ruang kelas maupun ruang guru dan ruang kepala sekolah. Sayangnya, dalam gotong royong ini hanya bisa membersihkan satu ruang kelas dan ruang kepala sekolah.
Pembersihan terganjal peralatan untuk membersihkan lumpur. Di samping itu, lumpur yang sudah padat sulit dibersihkan dalam waktu singkat.
Dian salah seorang guru mengatakan, karena ruang kelas masih tertimbun lumpur, maka Proses Belajar Mengajar (PBM) Senin (29/1) belum bisa optimal.
Untuk sementara, siswa kelas V dan VI saja yang tetap bersekolah seperti biasa. Sementara anak-anak kelas I sampai IV untuk sementara diliburkan. Ruang kelas yang bisa difungsikan hanya tiga ruang kelas di lantai dua gedung yang berhasil dibangun akhir tahun 2017 yang lalu.
Selain itu, di lantai satu hanya satu kelas yang sudah dibersihkan dan satu ruang kepala sekolah. “Aktivitas anak-anak kami belum optimal karena ruang kelas masih kotor karena lumpur. Untuk anak-anak akan mengikuti kegiatan pemebersihan dulu, sambil menunggu bantuan pembersihan dari instanasi terkait di kabupaten,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, banjir bandang menerjang areal SDN 1 Baktiseraga, Kecamatan Buleleng Jumat (23/1) malam lalu. Aliran banjir setinggi dagu orang dewasa merendam ruang kelas di sekolah ini. Komputer, leptop, beberapa bangku siswa dan dokumen penting lain hanyut. Tak hanya itu, banjir ini merobohkan pagar pembatas sekolah. Sebuah pelinggih juga dihayutkan banjir dahsyat di awal tahun 2018. Terjangan banjir bandang ini merubah areal sekolah yang tadinya tertata rapi menjadi berantakan dan lingkungannya kotor dan tidak layak sebagai lingkungan sekolah. (mudiarta/balipost)