BANGLI, BALIPOST.com – Tembakau menjadi salah satu tanaman yang potensial dibudidayakan di Kabupaten Bangli. Saat ini pengembangan tanaman bahan baku rokok itu telah dilakukan 15 kelompok tani dan subak yang ada di tiga kecamatan. Untuk meningkatkan produksi dan kualitas tembakau petani, Pemkab Bangli melalui Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) sejak beberapa tahun terakhir terus memberikan pendampingan ke petani melalui pelatihan-pelatihan.
Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli Wayan Sukartana, Rabu (31/1) menjelaskan penanaman tembakau di Bangli sudah dilakukan masyarakat sejak lama. Hanya penanaman tembakau saat itu masih dilakukan dengan skala kecil, sekedar untuk mengisi lahan kosong. “Jadi tidak dibudiayakan. Hanya untuk kebutuhan sendiri,” ungkapnya.
Sekitar tahun 2002, tembakau mulai banyak dibudidayakan dan dikembangkan masyarakat dengan skala luas di beberapa desa seperti Yangapi, Peninjoan di Kecamatan Tembuku, Desa Langgahan, Dausa, Bantang dan beberapa desa lainnya di Kecamatan Kintamani. Jenis tembakau yang dikembangkan adalah varietas local. Sukartana menyebutkan, dari data yang dimilikinya total luas lahan yang kini ditanami tembakau yakni 47,2 hektar. “Sejauh ini secara produktifitas cukup bagus dan tembakau hasil petani pun standarnya cukup bagus,” terangnya.
Sukartana mengatakan tembakau menjadi salah satu tanaman yang potensial untuk dikembangkan di Bangli. Wilayah yang cocok untuk pengembangan tembakau ada di Yangapi, Peninjian, dan beberapa desa di Kintamani. Tembakau cenderung cocok ditanam di lahan yang cocok ditanami kopi. Agar produksi dan kualitas tembakau petani bisa terus ditingkatkan, Sukartana mengataka pihaknya di Dinas PKP selama ini telah melakukan upaya seperti pembinaan ke petani dan pelatihan -pelatihan mengenai teknik budidaya yang baik dan benar. Bahkan untuk meningkatkan pengetahuan petani soal tembakau, Dinas PKP juga pernah mengajak petani belajar ke luar Bali belum lama ini.
Kabid Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan I Wayan Tagel Sujana menambahkan dalam pengembangannya, tembakau cocok ditanam saat musim kemarau antara Juni dan Juli karena butuh banyak sinar matahari. Tembakau tidak cocok ditanam saat musim hujan karena rentan terserang penyakit pusarium.
Tembakau bisa ditanam dengan sitem tumpang sari dengan beberapa jenis tanaman lainnya seperti cabai dan sayuran yang pohonnya tidak terlalu tinggi. Namun jaraknya mesti diatur. Meski bisa ditanam dengan tumpang sari, namun agar mendapat hasil maksimal pengembangannya akan lebih baik dilakukan secara monokultur. “Sebaiknya monokultur. Karena butuh sinar matahari yang cukup,” terangnya.
Mengenai pemasaran tembakau, Tagel mengatakan sejauh ini belum ada kendala berarti yang dihadapi petani. Tembakau yang dihasilkan petani di Bangli selama ini banyak dijual ke pengepul Singaraja. Sama seperti komoditi pertanian lainnya, harga tembakau juga fluktuatif. Harga tembakau yang biasanya dijual rajangan kisarannya Rp 25-40 ribu. “Bagusnya dari tembakau ini, walaupun harganya turun, tapi masih bisa disimpan lama. Beda dengan sayur yang kalau disimpan lama busuk,” kata Tagel. (Dayu Swasrina/balipost)