Bupati Jembrana I Nengah Tamba saat mengunjungi budidaya madu Kele-Kele Pucuk Sari, Banjar Delod Pempat, Desa Mendoyo Dangin Tukad, Senin (18/9). (BP/Ist)

NEGARA, BALIPOST.com – Madu Kele-Kele atau lebah Trigona mulai menjadi primadona bisnis baru di Kabupaten Jembrana. Banyak masyarakat Jembrana mulai menekuni budidaya Kele-Kele, salah satunya I Ketut Swintara yang juga merupakan ketua Kelompok Peternak Madu Kele-Kele Pucuk Sari, Banjar Delod Pempat, Desa Mendoyo Dangin Tukad.

Ia memanfaatkan pekarangan rumah dan kebun untuk dijadikan rumah Kele-Kele. Bisnis madu Kele-Kele ini cukup menggiurkan lantaran hanya memerlukan modal sedikit, namun bisa meraup untung banyak.

“Inilah yang kita butuhkan dari setiap kelompok-kelompok masyarakat, beliau sudah mandiri. Madu kele-kele ini beda dengan madu tawon, penghasilan dari kelompok Pucuk Sari ini lumayan besar bisa menghasilkan 3 juta dengan memiliki 300 koloni,” ujar Bupati Jembrana I Nengah Tamba saat mengunjungi Usaha Budidaya Kelompok Peternak Madu Kele-Kele Pucuk Sari, Senin (18/9).

Baca juga:  Sektor Pertanian Berperan dalam Pertumbuhan Ekonomi Kerthi Bali

Lebih lanjut, Bupati Tamba berencana akan memberikan bantuan untuk pendampingan supaya madu kele ini bisa tumbuh dan berkembang. Dirinya pun memberi nama madu kele hasil dari kelompok Pucuk Sari yakni Madu Kele Pak Ngah.

“Hasilnya sudah ada. Ini merupakan bagian dari pendapatan untuk teman-teman umkm yang ada di desa. Saya datang kesini akan memberikan semacam stimulus dengan membuatkan tempat daripada rumah kele-kele, sehingga bisa menjadi satu tempat yang bisa dikunjungi wisatawan atau pembeli yang hadir, sehingga tempatnya bisa kelihatan lebih baik dan higienis,” jelasnya.

Baca juga:  Eks Pabrik Kompos Direvitalisasi Untuk Pengelolaan Sampah

Sementara, I Ketut Swintara menuturkan awal dari menekuni bisnis ternak madu kele-kele ini sudah dari tahun 2005. Dirinya yang tidak bersekolah di bidang kele-kele akhirnya sempat gagal dalam bisnis kele tersebut. Namun dengan kegigihannya, Swintara kembali mencoba bisnis kele-kele itu hingga kini bisa beternak dengan kele-kele. “Astungkara untuk sekarang saya sudah memiliki 300 sarang, namun saya pencar dan saya titipkan di kebun tetangga,” jelasnya.

Baca juga:  Bupati Tamba Pimpin Peringatan HUT ke-64 Provinsi Bali di Jembrana

Pihaknya menyebut dari 300 sarang rumah Kele, selama 3 bulan mendapatkan hasil jual hingga Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Madu Kele ini dijual dengan harga Rp200.000 per kemasan 100 ml. “Secara rinci kami memiliki jumlah kele-kele 300 kotak dalam 3 bulan menjual madu mendapat 3 juta bahkan 4 juta. Itupun tergantung pada musim bunga,” ujarnya. (Adv/Balipost)

 

BAGIKAN