Budi Waseso melaporkan pencapaiannya kepada Komisi III DPR RI dalam rapat dengar pendapat (RDP) di ruang Komisi III DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (6/2). (BP/har)

JAKARTA, BALIPOST.com – Menjelang berakhirnya masa jabatan pada 1 Maret 2018 mendatang, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol. Budi Waseso (Buwas) melaporkan pencapaiannya kepada Komisi III DPR RI dalam rapat dengar pendapat (RDP) di ruang Komisi III DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (6/2). Menurut Buwas, Indonesia masih dalam ancaman narkoba yang dengan kategori sangat serius. “Kita harus tetap menanganinya dengan serius, maka betul-betul nanti mendapat dukungan dari lapisan masyarakat termasuk DPR,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu Buwas mengungkapkan ada upaya-upaya meregenerasi pasar-pasar yang dilakukan oleh jaringan pengedar narkoba. Karena menurutnya jaringan narkoba selalu eksis, laku, dan para penggunanya selalu fokus mencari narkoba yang dicari.

Baca juga:  Industri Restoran Makin Berkembang Seiring Pulihnya Ekonomi, UMKM Diajarkan "Scale Up"

Oleh karena itu, jaringan pengedar narkoba juga menyisihkan keuntungan dari bisnis narkobanya untuk meregenerasi pasar penjualan mereka. “Dia harus ada regenerasi pangsa pasar dan dia menetapkan 10 persen dari hasil penjualan narkotika itu untuk membiayai pangsa pasar, itu harus kita pahami ya,” terang Buwas.

Dan keberhasilan atas pencapaian Buwas di penghujung masa kerjanya itu adalah berhasil mengungkap jalur perdagangan baru jaringan narkoba dari Timor Leste. “Ini sungguh memprihatinkan, ternyata Indonesia adalah ladang penyebaran narkoba,” ungkap Buwas.

Baca juga:  Sabu 2,6 Ton Dimusnahkan, Diyakini Lolos Lebih Banyak

Di Indonesia, diketahui ada 11 negara yang men-supply narkotika secara aktif. “Untuk jenis tertentu, seperti sabu itu produk terbesar yang masuk ke Indonesia, itu dari China, tapi bukan berarti China tunggal ya. Yang memproduksi sabu terbesar bukan hanya China tapi terbesar presentasinya dari China,” jelasnya.

Sedangkan untuk narkotika jenis pil ekstasi negara-negara dari Eropa masih dominan menjadi penyuplai terbesar. “Terbesar dari Eropa, Amsterdam, Jerman gitu. Kalau negara tetangga sepeti Singapura, dia men-supply tapi tidak membuat, dia transit karena jaringannya ada di sana. Dia transit terus disuplai ke Indonesia,” terang mantan Kabareskrim tersebut.

Baca juga:  Buaya Diringkus Gara-gara Sabu

Sementara itu, Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil berharap dukungan penuh dari BNN terhadap pola pertanian baru di Aceh. Sebab, para petani di Aceh saat ini sedang dialihkan pola pertaniannya dari kebiasaan menanam Ganja sebagai bahan kebutuhan rumah tangga ke pertanian lainnya seperti Holtikultura. “Ini program nasional yang membutuhkan keterlibatan BNN,” kata anggota DPR dari daerah pemilihan Nanggroe Aceh Darussslam ini. (Hardianto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *