SINGARAJA, BALIPOST.com – Tradisi Meamuk-amukan yang dijumpai di Desa Padang Bulia, Kecamatan Sukasada, Buleleng tergolong unik bagi warga yang ada di luar wilayah desa itu. Keunikannya itu terlihat dari sarana yang digunakan yaitu daun kelapa kering yang diikat menyerupai sapu, dalam Bahasa Bali disebut prakpak atau danyuh.

Tradisi Meamuk-amukan di Desa Padang Bulia tergolong sakral karena dipercaya memiliki sifat magis. Tradisi ini menggunakan prakpak yang dibakar sebagai cerminan simbol Dewa Agni. Tradisi ini dipercaya dapat mengusir kekuatan negatif saat malam Pengerupukan maupun saat umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian.

Baca juga:  Tradisi Siat Sampian di Pura Penataran Sasih

Menurut Kelian Desa Padang Bulia, Gusti Kopang Suparta, sarana yang digunakan sangat sederhana, yakni daun kelapa kering atau danyuh yang diikat menyerupai sapu. Masyarakat setempat juga menyebutnya mapuput.

Dalam tradisi ini, api prakpak digunakan untuk menyerang kawan satu sama lain sehingga terlihat seperti perang antara dua kelompok masyarakat. Ia mengatakan tradisi ini sebenarnya dilaksanakan dengan spontan setelah pawai ogoh-ogoh dan upacara pecaruan. “Tidak ada catatan sejarah dalam awig-awig desa terkait tradisi ini,” jelasnya.

Baca juga:  Korban Jiwa Masih Tambah, Jumlah Kasus COVID-19 Baru Bali Turun

Meski tanpa pengamanan yang memadai, tidak ada anggota masyarakat desa itu mengalami luka sedikit pun. Pada malam pengerupukan, tepatnya di kawasan Pura Desa, ratusan warga berkumpul di tepi jalan untuk menyaksikan tradisi ini.

Salah satu peserta Meamuk-amukan, Ketut Darmawan, berharap tradisi ini terus berlangsung dan dijaga kelestariannya. (kmb/balitv)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *