Kepala BPBD Bali, Made Rentin. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penanganan kebakaran TPA Suwung, Denpasar Selatan oleh petugas gabungan masih berlangsung. Hingga saat ini penanganan mencapai 50 persen dan ditargetkan seminggu kedepan bisa dituntaskan. Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin, Senin (23/10).

Menurut Rentin, pengerahan personel di TPA Suwung mulai dikurangi, terutama personel KLHK. Jika sebelumnya satu regu dengan kekuatan 15 orang melakukan operasi manajemen asap dalam tumpukan sampah, mulai Minggu (22/10), setengah personelnya dialihkan ke Tangerang. “Kebakaran TPA Tangerang lebih dashyat. KLHK bagi personel dan diharapkan sebaran asap tidak masuk ke kawasan Bandara Soekarno-Hatta. Satu helikopter juga ditarik ke Jakarta,” ujarnya.

Sejauh ini, kata Rentin, di TPA Suwung pihaknya tetap konsisten melakukan tiga strategi utama yaitu operasi udara dengan water bombing pakai helikopter. Operasi darat melibatkan mobil damkar dari Denpasar dan Badung, water canon dukungan Polda Bali melalui Polresta Denpasar, juga alat berat loader dan eskavator.

Baca juga:  Diungkapkan, Alasan Penerapan Kebijakan "Work from Bali"

“Ini penting karena kita melakukan operasi lapangan dengan membongkar tumpukan sampah agar bisa dilewati personel, temukan titik sumber bara dan langsung dilakukan penyemprotan. Di samping itu manajeman asap menyiapkan tandon, cubang dan tempat air di tumpukan sampah. Strategi menyiapkan tandon kapasitas 5 ribu liter dan yakin efektif melakukan penanganan,” tegasnya.

Menurutnya, TPA Suwung luas total 32 hektare. Sedangkan yang terbakar 12 hektare. Sampai 22 Oktober 2023 kisaran 5 hektare masih memunculkan asap. “Kita yakini dipermukaan clear tidak ada api, tapi diduga asap berasal dari tumpukan sampah 40 hingga 45 meter. Diduga bara berada di tumpukan terdalam sekitar 10 hingga 15 meter,” tandasnya.

Baca juga:  Soal Coronavirus, Bali Lakukan Antisipasi Didatangi 2 Penerbangan Langsung dari Wuhan

Oleh karena itu dilakukan penggarukan sampah menggunakan alat berat, memindahkan, memisahkan dan jika temukan sumber asap atau bara api langsung disemprot air. Evaluasi dan pemantauan dilakukan tiap hari efektivitas upaya ini hingga hari 11 kisaran 45-50 persen. “Artinya perjuangan kita ke depan tidak terlalu lama, tidak lebih 50 persen terbakar. Semoga seminggu ke depan sesuai masa tanggap darurat penanganan TPA Suwung berakhir juga. Tanggap darurat TPA Suwung tidak diperpanjang, artinya 25 Oktober upaya pemadam berakhir. Selanjutnya ada upaya fase transisi darurat ke pemulihan. Di situ ada pendinginan dan manajemen pengelolaan sampah,” ungkap Rentin.

Baca juga:  Penganiayaan Berujung Tewas, Polisi Sudah Kantongi Pelaku dan Kini Lakukan Perburuan

Terkait peristiwa ini, Provinsi Bali menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan. “Saya sempat banyak pertanyaan apa ekses penetapan status itu? Apakah mengganggu aktivitas pariwisata? Saya jawab tegas tidak sama sekali. Justru para turis mancanegara banyak liburan di Bali,” tegasnya.

Karena memang konteksnya makna penetapan status itu adalah untuk menyiagakan berbagai hal, pertama memudahkan akses pengerrahan SDM, baik lemda, TNI, Polri dan semua jajaran. Kedua, memberikan akses pengerahan logistik berbagai stakeholder. Dengan penetapan status tersebut sekarang lebih leluasa. Sangat dimungkinkan ada support dan intervensi dari pusat, terbukti BNPB memberikan support dua hal, dukungan dana siap pakai dan peralatan. (Kerta Negara/balipost)

BAGIKAN