PENERAPAN program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) terus disosalisasikan Pemkab Klungkung ke desa-desa. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mempercepat penanganan sampah yang kini masih menjadi persoalan pelik. Ditengah hal tersebut, Bupati Klungkung, Nyoman Suwirta meminta program yang bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknik (STT) PLN, Jakarta ini harus benar-benar mendatangkan bukti. Demikian ditegaskan saat peresmian TOSS di Desa Dawan Klod, Kecamatan Dawan, Minggu (11/2).
Bupati asal Nusa Ceningan, Nusa Penida ini menyatakan sejak di Launching Desember 2017, sudah ada beberapa Desa yang menerapkan Program TOSS. Hal ini diharapkan bisa produktf dengan mampu menghasilkan pellet yang nantinya bisa dijadikan bahan bakar maupun listrik. Tak kalah penting juga, desa lain juga harus mampu menerapkan program serupa. “Ini tak hanya untuk menciptakan lingkungan bersih. Tetapi juga mampu menjadi lahan bisnis dan sumber ekonomi alternatif maupun memberikan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat,” tegasnya.
Program inovatif ini sudah diterapkan lain, yakni Takmung, Tangkas, Gelgel, Gunaksa, dan Dawan Kaler. Disampaikan, prosesnya tidak sult. Pengolahan sampah dilakukan dengan metode peuyeumisasi, briketisasi/peletisasi, dan gasifikasi, dengan menggunakan bio activator. Kurun waktu tiga hari, bau sampah akan hilang dan dalam 10 hari volumenya akan berkurang.
Selanjutnya dibentuk menjadi briket dan pellet yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses memasak dan energi listrik dengan menggunakan gasifier. Penerapan program ini, desa bisa memperoleh keuntungan dengan menjual hasil olahan dalam bentuk pelet ke PT. Indonesia Power. “Pemkab juga akan menyiapkan alat pencacah dan pengolah plastik,” tegasnya.
Operating System Program TOSS dari STT PLN, Herwansyah menyampaikan olahan sampah dari program ini program ini bisa dipakai bahan bakar untuk proses memasak dan maupun energi listrik. Pengembangan awalnya kurang lebih berlangsung sejak dua tahun yang lalu. Program bisa menggunakan sebagian sampah anorganik yang sudah menyatu dengan sampah organik.
Sementara, Perbekel Desa Dawan Klod I Nengah Suardita mengatakan sebelum menerapkan program TOSS, sampah yang dihasilkan masyarakat sekitar 4 sampai 6 kubik per hari langsung dibuang ke TPA Sente, Desa Pikat. Pasca ditutup akhr Desember 2017, pembuangan dilanjutkan ke wilayah Belah Pane, Gianyar. “Tetapi dengan penerapan TOSS, sampah langsung bisa diiolah. Tidak lagi dibuang ke TPA,” pungkasnya. (Adv/balipost)