kelor
Untuk meningkatkan pendapatan, petani menerapkan teknologi pertanian untuk mengolah daun kelor menjadi sirup. (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Penerapan teknologi pertanian pada produk pertanian membuat nilai jual produknya menjadi meningkat. Hal ini tentu juga mempengaruhi pendapatan petani. Karenanya berbagai inovasi kemudian diterapkan salah satunya yang berpotensi adalah mengolah produk daun kelor menjadi olahan berupa sirup yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Salah satu petani yang terjun ke usaha pengolahan madu, A.A Nyoman Wijana yang juga ketua HKTI Tabanan ini mengungkapkan, peluang bisnis dari usaha olahan sirup daun kelor memang cukup potensial. Terlebih bahan baku dalam hal ini daun kelor cukup mudah didapatkan Tabanan.

Baca juga:  Terlibat Satu Kilo Sabu, Pasutri Hanya Dihukum 11 Tahun

Asal muasal produk ini sendiri menurut Wijana diawali dari praktek lapangan yang dilakukan mahasiswa ditempat usahanya. Hasil dari praktek tersebut kemudian ia kembangkan atau perbarui, sehingga akhirnya diperoleh hasil akhir berupa sirup kelor. Sebelum dilempar kepasaran, sirup kelor ini telah melalui uji dan tes laboratorium di Universitas Udayana guna memastikan aman untuk dikonsumsi.

Adapun hasil dari tes laboratorium tersebut, menyatakan sirup kelor ini aman dikonsumsi. Bahkan memiliki segudang khasiat bagi kesehatan tubuh. Salah satu khasiat yang terkandung dalam sirup kelor ini adalah menunjang metabolisme tubuh, khususnya untuk kesehatan lambung.

Baca juga:  Disorot Dewan, Dispar Siapkan ''Grand Design'' Pariwisata Terintegrasi Satu Pintu

Antusias masyarakat terhadap sirup kelor ini sudah terlihat meski baru beberapa bulan diluncurkan. Rata-rata jumlah produksi yang mencapai 1.000-2.000 botol per bulan ini habis terjual dengan pangsa pasar seluruh Bali.  Banyaknya masyarakat yang berminat terhadap sirup ini karena selain berkhasiat bagi kesehatan tubuh, rasanya memang enak dan harganya murah yaitu Rp 50 ribu per botol.

Untuk menciptakan rasa yang segar dan alami, menurut Wijana daun kelor  mengambil prosentase sebanyak  25 persen dari bahan baku lainnya. Bahan baku lainnya berupa  bumbu dapur dan tanaman herbal. Semua bahan ini kemudian  diproses melalui bio nano teknologi atau mesin hidrolisa. Lewat penjualan produk ini, pihaknya bisa  mengantongi omzet hingga Rp 50 juta per bulan. (wira sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Produksi Cabai Turun Penyebab Harga Naik
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *