PROGRAM Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) yang digagas Pemkab Klungkung telah membuahkan hasil berupa pellet. Itu di uji coba untuk memasak menggunakan kompor oleh Bupati I Nyoman Suwirta didampingi Ketua TP-PKK Kabupaten Klungkung Ny. Ayu Suwirta, Rabu (14/2). Dampaknya pun sangat positif. Sangat cocok untuk menggantikan kompor LPG.
Bertempat di halaman Kantor Bupati Klungkung, Bupati Suwirta menjelaskan produksi pellet terus digenjot di masing-masing desa yang menerapkan TOSS. Ini akan mampu menjadi sumber ekonomi masyarakat, disamping untuk memenuhi kebutuhan masak sendiri. Khusus untuk kompor yang digunakan, sudah sesuai SNI yang merupakan produksi Universitas Airlangga. Harganya sekitar Rp 300 ribu.
Kedepan, pemkab berencana menggandeng UMKM untuk menciptakan kompor serupa dengan harga jual lebih terjangkau. “Sosialisasi kompor ini harus segera dilaksanakan ke desa desa. Setelah kompor kita produksi, akan dibagikan kepada KK miskin sehingga mereka tidak lagi menggunakan kompor gas maupun kompor minyak tanah yang harganya relatif mahal,” ujarnya.
Ditambahkan, dengan pemakaian kompor ini maka pengolahan dan pemanfaatan sampah. Bupati asal Nusa Ceningan ini juga optimis program TOSS Gema Santi sebagai solusi untuk penanganan masalah sampah di Kabupaten Klungkung, ditengah nihilnya TPA. “Dengan program ini, seluruh desa akan mengolah sampahnya menjadi briket dan pellet yang bernilai ekonomis,” katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung, Anak Agung Kirana mengatakan inti dari penggunaan kompor ini sebagai upaya mengurangi sampah. Bersama TP-PKK Klungkung pihaknya akan melakukan sosialisasi pembuatan bahan bakar pelet secara manual maupun dengan mesin serta cara penggunaan kompor segera ke desa desa. Pelet memiliki manfaat dan nilai ekonomis. Juga untuk pembangkit listrik yang siap dibeli Indonesia Power.
Sampai saat ini, kompor tersebut sudah digunakan sejumlah warga di sembilan desa, yakni Gunaksa, Dawan Klod, Dawan Kaler, Paksebali, Tangkas, Gelgel, Kampung Gelgel, Akah dan Desa Banjarangkan. “Semoga tahun ini akan lebih banyak desa akan memanfaatkan teknologi ini karena Bupati Suwirta sudah memberikan jalan kepada pihak desa menggunakan 15 persen ADD untuk hal-hal bersifat kebersihan dan pengolahan sampah sesuai dengan payung hukum,” tandasnya. (Adv/balipost)