SINGARAJA, BALIPOST.com – Proyek pembangunan jalan baru (shortcut) Singaraja-Mengwitani berlanjut. Pengerjaan titik 7D dan 7E di wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng resmi dimulai pada 29 Agustus 2023.
Hingga kini progresnya pun sudah mencapai 20 persen. Bahkan penyedia proyek dalam hal ini Sinar Bali-Agung KSO menargetkan capaian proyek mencapai 40 persen pada akhir Desember.
Hanya, karena cuaca yang memasuki musim hujan, keberadaan proyek ini menuai keluhan. Pengendara mengeluhkan jalanan yang licin di jalur Desa Gitgit akibat material shortcut. Selain keluhan jalan licin, pengelola wisata air terjun yang ada di wilayah Gitgit juga mengeluh lantaran air menjadi keruh.
Perbekel Desa Gitgit, Putu Arcana membenarkan jika keluhan itu disampaikan warganya. Pihaknya sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan pihak pelaksana proyek, agar sebelum hujan turun luapan material segera diantisipasi. Terlebih pada pengerjaan titik 7E, limbahnya menuju ke Air Terjun Campuhan serta beberapa air terjun lainnya. “Kami sudah minta agar dampak-dampak yang bisa merugikan masyarakat umum bisa diminimalisir,” terang Arcana.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.3 Wilayah Bali, Yoni Sathia, tak menampik adanya keluhan warga terkait licinnya jalan di Gitgit karena pengerjaan proyek shortcut. Pihaknya pun mencoba menangani permasalahan ini dengan menyediakan dua unit water tanker.
Selain itu pihaknya juga menyiagakan tenaga kerja 5 hingga 10 orang, agar material yang tumpah ke jalan dapat langsung dibersihkan.
Sedangkan untuk keruhnya air terjun, pihaknya akan menyiasati permasalahan ini dengan memasang check dum. “Untuk masalah ini sudah kita langsung tangani. Kita tidak mau dalam pengerjaan proyek ini ada beban sehingga mengganggu progres nantinya,” terang Yoni.
Ia menyebut, hingga Kamis (30/11), progress pembangunan shortcut sudah mencapai 20 persen. Pembangunan itu meliputi pembukaan akses jalan dan lingkup jembatan sepanjang 155 meter. “Kita saat saat sudah mencapai 20 persen. Kalau sesuai dengan rencana seharusnya di angka 16 persen, namun kali ini ada deviasi sebesar 4 persen,” terangnya. (Nyoman Yudha/balipost)