SEMARAPURA, BALIPOST.com – Biaya operasional yang dikeluarkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Klungkung beberapa bulan terakhir membengkak. Menutupi itu, direncanakan ada penyesuaian tarif. Hal tersebut sudah masuk tahap kajian.
Direktur PDAM Klungkung, I Nyoman Renin Suyasa mengungkapkan peningkatan biaya operasional terjadi pada pembayaran listrik. Besarnya sekitar Rp 150 juta per bulan.
Kondisi itu terjadi sejak penggunaan pompa pada sumber air di wilayah Rendang, Karangasem akibat jaringan gravitasi putus diterjang banjir lumpur membawa material Gunung Agung. Kenaikan juga terjadi pada sejumlah komponen pendukung, seperti listrik, aksesoris, dan upah tenaga kerja.
Supaya tak terus berlanjut, penyesuaian tarif dinilai menjadi solusi. “Kami rencanakan penyesuaian tarif. Ini untuk mengatasi pembengkakan biaya,” jelasnya, Rabu (14/2).
Penyesuaian itu, sambung dia juga mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 71 Tahun 2016 tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum, PDAM wajib melakukan penyesuaian tarif setiap tahunnya. Jika usulan ini tak diisetujui Bupati selalu pemilik kewenangan, daerah memiliki kewajiban untuk memberikan subsidi sesuai Permendagri Nomor 70 tahun 2016. “Ini (penyesuaian, red) sedang kami kaji,” katanya.
Tarif dasar air saat ini Rp 1.400 per meter kubik. Besaran yang ditetapkan pada 2009 ini lebih kecil dari kabupaten lain di Bali. “Kalau kabupaten lain sudah banyak yang menaikkan. Kami sudah lama tidak pernah,” sebutnya.
Meminimalisasi pembengkakkan biaya, pejabat asal Nusa Penida ini menyatakan tengah memaksimalkan pemasangan sambungan baru. Tahun ini ditargetkan 2000 sambungan yang tersebar di empat kecamatan. “Ini pendapatan dari non air. Ini dipakai untuk menutipi biaya operasional,” jelasnya.
Disinggung upaya perbaikan jaringan di wilayah Rendang, dikatakan masih menunggu situasi normal. “Sekarang status Gunung Agung kan masih sulit ditebak. Kami belum berani melakukan perbaikan,” tandasnya. (Sosiawan/balipost)