TABANAN, BALIPOST.com – Sejumlah desa di Kabupaten Tabanan membanggakan diri sebagai destinasi wisata unggulan dengan potensi alam dan budayanya yang khas. Desa Nyambu, yang terletak di ujung selatan Kabupaten Tabanan dan berbatasan dengan Kabupaten Badung, adalah salah satu contoh nyata dari pengembangan ekowisata yang menjaga potensi alam pertanian dan budaya setempat.

Konsep ekowisata ini diturunkan ke dalam beberapa paket wisata. Mulai susur sawah, susur budaya, hingga susur desa dengan bersepeda.

Meski sempat terpengaruh pandemi COVID-19, namun kini tingkat kunjungan sudah mulai kembali menggeliat. Desa Nyambu mencatatkan prestasi dengan memiliki lahan pertanian mencapai 61% dari total wilayahnya.

Baca juga:  Desa Adat Tista Terbantu BKK Gubernur Bali

Dalam pengembangan pariwisata, masyarakat setempat mengadopsi pendekatan ekowisata yang berfokus pada kekayaan alam dan budaya. Lingkungan desa, mulai dari keindahan alam hingga kehidupan sehari-hari warganya, menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung.

Perbekel Desa Nyambu, Nyoman Biasa menjelaskan struktur desa ini yang terdiri dari enam banjar, yaitu Banjar Carik Padang, Nyambu, Tohjiwa, Mundeh, Kebayan, dan Dukuh. Desa Nyambu, selain dikenal dengan sektor pertaniannya, juga menggali potensi lain yang diintegrasikan menjadi ekowisata.

Baca juga:  Desa Adat Mengwitani Bangun Warung Yadnya Astagina

Menurutnya pendekatan ekowisata bukan hanya untuk menarik wisatawan, tetapi juga mendukung masyarakat dalam melindungi lahan dan lingkungan setempat. Ekowisata di Desa Nyambu dirancang untuk melibatkan masyarakat dalam melindungi dan memelihara tradisi daerah.

Produk pariwisata seperti tur sawah, pengalaman budaya, bersepeda kelas kuliner, melukis, dan akomodasi homestay menjadi sarana untuk mewujudkan tujuan ini. Kunjungan sudah mulai ada lagi setelah terimbas juga dengan adanya COVID-19.

Sampai saat ini upaya untuk tetap melestarikan potensi alam dan budaya yang kami miliki masih bisa terus dilakukan. Meskipun berukuran kecil, Desa Nyambu memiliki sejarah panjang yang tak terpisahkan dari budaya Bali.

Baca juga:  Pertama Kali Partisipasi di PKB, Sanggar Seni Kusuma Angkat Kehidupan Anak Nelayan

Sebanyak 67 candi dan bangunan lainnya menjadi saksi perkembangan budaya Bali dari zaman kuno hingga saat ini. Desa Nyambu berfungsi sebagai “jendela kecil” untuk menggali dan mengembangkan sejarah dan budaya Bali, yang dipengaruhi oleh kontak budaya dengan kerajaan-kerajaan besar di pulau Jawa dan dunia lainnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *