AMLAPURA, BALIPOST.com – Penataan terus dilakukan oleh pihak Desa Adat Dukuh Penaban untuk kemajuan desa tersebut. Setelah sebelumnya melakukan penataan batas desa dan perbaikan bangunan bale panjang di Museum Lontar, kali ini Desa Adat Dukuh Penaban kembali melakukan penataan sumber mata air Sad Guna yang ada di wilayah tersebut untuk dijadikan sebagai objek wisata panglukatan.

Bendesa Adat Dukuh Penaban, I Nengah Suarya mengungkapkan, untuk saat ini pihak desa adat telah melakukan pembukaan akses jalan menuju sumber mata air Sad Guna tersebut. “Saat ini kita masih melakukan penjajagan terhadap pemilik lahan yang lahannya terkena dampak pelebaran jalan. Semoga proses ini bisa berjalan lancar,” ucapnya.

Baca juga:  Desa Adat Nagasepaha Melasti ke Segara Buleleng

Suarya mengatakan, kalau di sumber mata air Sad Guna ini terdapat enam sumber mata air yang berbeda. Keenam sumber mata air itu yakni, Kayuan Biu diyakini sebagai sumber melebur berbagai penyakit, kemudian Kayuan Lanang ini khusus untuk laki-laki yang diyakini bisa memohon kekuatan, Kayuan Istri khusus untuk wanita, Kayuan Dedari yang diyakini memiliki cerita siapa laki-laki yang mandi disana merasakan kesegaran, merasakan betah tidak ingin pulang, serta Kayuan Teben.

Baca juga:  Desa Adat Sobangan Gelar Karya Agung di Pura Puseh Gunung Agung Sanggulan

“Dimana untuk Kayuan Teben ada dua mata air, satu dipergunakan untuk upacara Pitra Yadnya, dan yang satunya lagi untuk upacara Dewa Yadnya,” katanya.

Dia menjelaskan, dari enam sumber mata air yang ada di Sad Guna tersebut, tiga sumber mata air sudah dilakukan penataan sebelumnya, sementara tiga lagi belum ditata. Rencananya ketiganya sumber yang belum ditata akan ditata ke depannya sehingga semua sumber mata air tersebut tertata dengan baik.

Baca juga:  Bali Bisa Gaet 30 Juta Wisman yang Batal Kunjungi Tiongkok

“Ketiga sumber mata air itu ditata oleh pemerintah, dalam hal ini Dinas PUPR Karangasem. Dan kita berharap ketiga sumber yang belum ditata ini, nantinya bisa dibantu pemerintah untuk penataannya. Sebab, di desa adat anggaran sangat minim untuk melakukan penataan itu ke depannya,” harap Suarya. (Eka Parananda/balipost)

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *