Ilustrasi - Vaksin COVID-19. (BP/Ant)

DENPASAR, BALIPOST.com – Puluhan kasus Covid-19 kembali terdeteksi di Bali. Sementara secara nasional, kasus Covid-19 sudah mencapai 6 ribu lebih. Meski naik, tingkat fatalitas sementara ini terdeteksi masih rendah. Masyarakat diminta jangan panik, tingkatkan kewaspadaan. Jangan abai, karena bahaya Covid-19 masih tetap menjadi ancaman membahayakan.

Menurut Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unud, Prof. Pande Putu Januraga, berdasarkan data yang ada, belum terlihat virus Covid-19 saat ini mengakibatkan kefatalan yang berat. Tetapi, langkah pengamatan lebih lanjut diperlukan utamanya melalui skrining.

“Data Covid-19 saat ini belum menunjukkan peningkatan kasus yang tajam dengan tingkat fatalitas yang berat. Perlu pengamatan lebih lanjut pada kondisi ini, surveilans perlu diperkuat dan skrining kasus harus tetap dilanjutkan,” katanya.

Baca juga:  Mediasi Gagal, Gugatan Kasus Tanah Pura Samuantiga Dicabut

Jika perkembangan kasus tidak menunjukkan peningkatan tajam dan tingkat fatalitas yang tetap rendah, Prof. Pande Januraga mengatakan belum dibutuhkan pembatasan mobilitas dan jaga jarak. Pembatasan mobilitas dan jaga jarak sementara belum perlu dilakukan. Edukasi masyarakat dan perilaku PHBS perlu diperkuat,” katanya.

Masyarakat juga menurut Prof. Pande Januraga tidak perlu khawatir berlebih. Namun, kewaspadaan ditingkatkan terutama pada hal-hal yang bisa mengancam kesehatan. “Tidak perlu khawatir berlebih. Tapi sedikit khawatir diperlukan untuk menjaga diri dari perilaku yang mengancam kesehatan,” ujarnya.

Peningkatan kewaspadaan telah dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Bali dengan melakukan kembali pencatatan kasus Covid-19. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali, I Nyoman Gede Anom mengatakan, bulan ini mereka mulai mencatat kembali setiap kasus positif Covid-19 yang terdeteksi setelah sebelumnya dihentikan karena pencabutan status pandemi.

Baca juga:  Yakin Gelombang Omicron Sudah Capai Puncaknya, Inggris akan Cabut Sejumlah Aturan Pembatasan

“Pencatatan ini sebagai bentuk antisipasi dari adanya kenaikan angka Covid-19 di negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang didominasi oleh subvarian EG.5 turunan dari varian omicron dan masuk dalam kategori variant of interest (VOI),” kata I Nyoman Gede Anom di Denpasar, Kamis (14/12).

Kenaikan kasus Covid-19 dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satunya terjadinya penurunan kekebalan tubuh terhadap virus Covid-19 yang pernah terbentuk dari vaksinasi. “Sejak lama kita tahu bahwa kekebalan terhadap virus Covid-19 dapat menurun sepanjang waktu termasuk pada mereka yang sudah pernah terpapar dan mendapat vaksinasi,” katanya.

Ada faktor lainnya yang menjadi penyebab kenaikan kasus Covid-19 yakni, mobilitas dan kontak yang erat dengan berbagai kegiatan berkumpul yang semakin intens belakangan ini. selain itu, variasi jenis virus yang beredar yang mungkin lebih bervariasi karena mobilitas yang tinggi. Faktor berikutnya terkait dengan perilaku kebersihan dan pencegahan yang berkurang.

Baca juga:  Fast Boat Padangbai-Gili Trawangan Kebakaran, Puluhan Penumpang Dievakuasi

Kebijakan vaksinasi, menurut Prof. Pande Januraga sebaiknya memang dilakukan terutama pada mereka yang belum vaksinasi. Jadi yang mereka yang seharusnya divaksinasi namun hingga kini belum melakukannya, sebaiknya segera melakukan vaksinasi. Sementara untuk booster sesuai rekomendasi WHO yakni pada mereka yang berisiko tinggi seperti pekerja kesehatan, masyarakat 50 tahun ke atas dan dengan komorbiditas. “Pada yang umum, jika vaksin berlebih ya tidak apa-apa baik saja,” katanya. (Nyoman Winata/balipost)

 

BAGIKAN