I Nyoman Kenak. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pada 11 Maret 2024 mendatang umat Hindu akan merayakan hari raya Nyepi. Uniknya perayaan Hari Suci Nyepi kali ini bersamaan dengan pembukaan bulan puasa bagi umat Islam.

Agar tak terjadi gesekan, momentum sama-sama mengekang diri ini dipakai bersama untuk konsisten mengendalikan diri agar tak sampai terjadi gesekan seperti pada perayaan Nyepi tahun lalu di Buleleng. Hal itu terungkap pada Dialog Merah Putih Bali Era Baru, Rabu (17/1) di Warung Bali Coffee Jl. Veteran 63A Denpasar. Tampil sebagai pembicara Ketua PHDI Bali, Nyoman Kenak dan pengamat agama Hindu I Gusti Ketut Widana yang juga dosen Fak. Pendidikan UNHI Denpasar.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terjadi seperti perayaan hari Nyepi sebelumnya, Ketua PHDI Provinsi Bali, I Nyoman Kenak, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga kelangsungan Nyepi lancar dan tertib. Ajakan ini tidak saja untuk umat lain yang ada di Bali, namun juga termasuk umat Hindu di Bali harus disiplin menerapkan Catur Brata Panyepian.

Baca juga:  Pelaksanaan Nyepi, KPID Usulkan Semua Layanan Internet Dimatikan

Dia mengatakan momentum perayaan Nyepi dan Bulan Puasa secara bersamaan harus diyakini sebagai momentum positif untuk saling menjaga pengendalian diri. Biasanya umat Muslim dari Muhammadiyah lebih awal sehari menjalani bulan Ramadan baru diikuti kalangan NU. ‘’Mari kita bersama saling menghormati di tengah keberagaman,’’ ujarnya.

Dikatakannya, persembahyangan tetap dibuka akses bagi umat Muslim, hanya saja dilakukan tidak seperti biasanya, tanpa menganggu umat Hindu yang sedang menjalankan Brata Panyepian. Di sinilah, kata dia, kita patut menjunjung desa, kala dan patra setempat.

Sosialisasi ke masyarakat sudah dilakukan PHDI Bali sejak tiga bulan lalu termasuk ke majelis umat. Dia ingin semua komponen mencegah terulang kembali peristiwa pelanggaran Nyepi seperti yang terjadi di sejumlah daerah di Bali pada tahun sebelumnya. “Kita sadari Nyepi-Nyepi sebelumnya banyak sekali pelanggaran. Tentu ini menjadi catatan kita bersama sebagai umat Hindu agar ikut menjaga pelaksanaan Nyepi tetap tertib dan disiplin,” ujar Kenak.

Baca juga:  Kurang, Peran Pariwisata Sejahterakan "Krama" Bali

Dengan maraknya medsos saat ini dia khawatir akan ada saja konten yang menyebarkan kejadian yang bisa menghasut umat lain. Untuk itu dia mengatakan semua menjaga diri yang dia sebut tapa, brata dan semadi saat Nyepi.

Selain itu, pihaknya juga menjalin komunikasi dengan majelis lintas agama di Bali untuk ikut berkontribusi menjaga kelancaran Nyepi. Guna mencegah potensi konflik antarumat beragama, Kenak menyampaikan agar masyarakat mengendalikan diri dengan tidak bernarasi provokatif. Karena menurutnya adanya narasi provokatif dapat mengganggu ketertiban keamanan di Bali. Apalagi semua umat beragama di bali sudha dianggap saudara dengan visi Vasudewam Kutumbhakam.

Pengamat agama Gusti Ketut Widana mengungkapkan di Bali sudah sering terjadi jatuhnya dua hari raya agama secara bersamaan. Namun, dia yakin dengan konsep saling mengendalikan diri, saling menjaga dan toleransi, semuanya bisa berjalan dengan baik.

Baca juga:  Pulang, Pengungsi Bingung Cari Pekerjaan

Dia ingin tapa, brata dan semadi itu diterapkan secara konsekuen. Jika ini mampu dilakukan dia yakin tak ada yang namanya narasi dan perilaku provokatif. ‘’ Nah, mari semua itu kita jaga,’’ ujarnya.

Ditegaskannya, bahwa pengendalian diri itu tergantung pada karakter tiap pribadi. Semua tergantung pada niat untuk menjaga perkataan yang baik, pikiran positif dan perbuatan baik yang dia sebut Tri Kaya Parisudha. Satu lagi yakni jangan sekali-kali cepat memvonis seseorang itu bersalah karena hanya melihat dari perspektif diri sendiri.

Pengendalian dikatakannya dimulai dari diri sendiri, kemudian keluarga , lanjut berkembang ke tingkat banjar dan desa. Jika ini secara holistik aman dia yakin tak akan ada gesekan di bawah. Makanya dia mengatakan rangkaian Nyepi akan tetap berjalan seperti biasanya. Semua saling menghormati dan di situlah kita menunjukkan karakteristik diri yang sebenarnya. (Sueca/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *