Bupati Jembrana bertatap muka dengan Majelis Alit dan Bendesa se Kecamatan Melaya, Rabu (17/1) membicarakan terkait rencana Ngaben Kusa Pranawa Untuk Manusia Purba. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Keberadaan kerangka manusia purba di Museum Purbakala Gilimanuk menjadi perhatian Bupati Jembrana I Nengah Tamba. Manusia purba dianggap sebagai leluhur masyarakat Jembrana, menurutnya perlu dilakukan upacara pengabenan.

Oleh karena itu, Bupati Tamba bersama Majelis Alit dan seluruh Bendesa Adat se-Kecamatan Melaya melaksanakan rapat pembahasan mengenai upacara pengabenan untuk manusia purba, Rabu (17/1) bertempat di RM. Padasuka, Desa Candikusuma.

Disepakati, upacara pengabenan yang dilakukan adalah Kusa Pranawa yaitu upacara pengabenan dengan menggunakan sarana pengawak daun alang-alang yang merupakan simbolis badan manusia.

Baca juga:  Pemkab Jembrana Tandatangani Komitmen Pemberantasan Korupsi Terintegrasi

Kusa Pranawa sendiri umumnya dilaksanakan oleh Umat Hindu untuk prosesi pengabenan bagi jenazah yang telah dikubur atau karena hanyut maupun jenazah yang tidak ditemukan. Dalam hal ini, karena kerangka manusia purba sangat penting dalam arkeologi, maka dilakukan ngaben Kusa Pranawa tersebut.

Bupati Tamba mengungkapkan upacara ngaben Kusa Pranawa akan dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2024 mendatang. Ini, kata Bupati Tamba sebagai wujud penyucian terhadap manusia purba sebagai leluhur masyarakat Jembrana.

Baca juga:  Wujud Terima Kasih Terhadap Alam, Festival Tumpek Wariga Dibuka

“Kita tahu di Gilimanuk ada museum manusia purba, karena ini adalah manusia saya bersama para Bendesa mengadakan paruman, ngerombo untuk bagaimana caranya kita melakukan pengabenan Kusa Pranawa yang sudah kita tentukan pada tanggal 1 Februari 2024,” ucapnya.

Selain itu, menurutnya pengabenan terhadap manusia purba juga untuk menjaga kebersihan kabupaten Jembrana secara niskala. Bupati Tamba juga mengajak krama desa adat yang masih memiliki keluarga yang telah diaben dan belum disucikan untuk bisa mengikuti rangkaian upacara Yadnya ini secara gratis. “Krama desa adat se-Kecamatan Melaya juga bisa mengikuti upacara ini tanpa dipungut biaya sama sekali,” pungkasnya. (Adv/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Kediri Kembali Geliatkan Tradisi Tektekan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *