Pekerja memindahkan gerobak kayu ulin yang rusak dari Pantai Kuta, Badung. Keberadaan gerobak yang rusak dan dibiarkan di berada di Pantai Kuta menuai kritik dari masyarakat. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kondisi Pantai Kuta juga mendapat kritikan dari wakil rakyat di Kabupaten Badung. Warung gerobak yang berbahan kayu ulin yang tidak terawat dan rusak, dinilai memang membuat pantai berpasir putih ini kumuh.

Wakil Ketua DPRD Badung I Wayan Suyasa mengatakan, penataan Pantai Kuta tidak menghilangkan status Pantai Kuta yang bertaraf internasional. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan yang baik agar tidak menyebabkan kesan kumuh.

“Bukan berarti kami tidak setuju (penempatan gerobak), melainkan perlu adanya pengelolaan yang baik agar tidak menyebabkan kesan kumuh. Kalau itu ada (gerobak), ya mohon maaf, tempat burung dara itu, bukan berarti tidak menghargai UMKM,” ungkap Wayan Suyasa, Selasa (30/1).

Baca juga:  Pulihnya Kunjungan Wisman Belum Mampu Dongkrak Okupansi Rate Hotel Berbintang

Politisi asal Desa Penarungan, Mengwi ini bersyukur Pj. Gubernur Bali mau meninjau langsung kondisi salah satu DTW di Kabupaten Badung tersebut. Terlebih, pengadaan gerobak kreatif itu menghabiskan biaya yang tinggi. “Ini bukan berarti mencari kesalahan, tetapi logikanya itu harus dirubah, mindset dalam konsep penataan. Artinya, dengan budget yang tinggi, kalau bisa jangan yang asal-asalan,” jelasnya.

Suyasa menyarankan pada pedagang ditempatkan di lokasi tertentu sehingga tidak menimbulkan kesan semrawut dan kumuh. “Bukan berarti harus di dekat pantai seperti itu. Alokasikanlah yang rasional dan tidak mengganggu pantai. Karena pantai merupakan bagian dari brand Kuta seperti dapat melihat sunset. Dengan adanya warung-warung itu, saya rasa tidak pas,” ucapnya.

Baca juga:  Ratusan Polisi Dikerahkan Amankan HMM

Ketua DPD Partai Golkar Badung ini juga menyoroti kinerja Dinas Pariwisata Badung yang belum bergerak membenahi kesan kumuh yang muncul. Ini kemudian dapat dilakukan dari hasil studi banding seperti apa destinasi wisata yang bertaraf internasional.

“Dinas Pariwisata harus ke lapangan, bukan hanya di belakang meja. Pengelolaannya yang maunya bagus tetapi menambah sesuatu yang semrawut menyebabkan, mohon maaf, destinasi Kuta dalam tanda kutip namanya yang begitu megah, akan ditinggalkan karena terlihat tidak bertaraf internasional,” jelasnya.

Baca juga:  Dua Pasien COVID-19 Meninggal Terbaru di Badung, Detailnya Seperti Ini

Sementara, Kepala Dinas Pariwisata Badung Nyoman Rudiartha saat dikonfirmasi terkait perihal tersebut belum merespons. Ponsel milik mantan Camat Kuta ini tidak aktif. (Parwata/balipost)

BAGIKAN