YOGYAKARTA, BALIPOST.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan operasional gedung sembilan lantai Kampus Terpadu Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, bertepatan dengan perayaan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-101 pada tahun ini.
“Gedung UNU Yogyakarta ini adalah sebuah lompatan kemajuan 50 tahun ke depan bagi NU,” kata Presiden Jokowi dikutip dari Kantor Berita Antara.
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi menceritakan pembangunan gedung tersebut bermula saat ia menerima surat permohonan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yogyakarta dan PBNU Pusat pada Januari 2020 agar pemerintah membantu membangun Kampus UNU Yogyakarta.
“Alasannya, organisasi lain sudah punya kampus bagus-bagus,” kata Presiden Jokowi menirukan pernyataan delegasi PBNU saat itu.
Selain itu, lanjutnya, PBNU melaporkan belum memiliki universitas yang bagus, khususnya di Yogyakarta, sehingga ia menyatakan komitmen untuk membantu merealisasikan kampus tersebut dengan satu syarat.
“Saya sampaikan pada tim dari PBNU maupun PBNU DIY dan UNU Yogyakarta bawa saya setuju membantu, tapi asalkan UNU Yogyakarta bukan dirancang untuk biasa-biasa saja. UNU Yogyakarta harus disiapkan menjadi luar biasa, menjadi lokomotif lompatan kemajuan bagi lembaga pendidikan tinggi NU secara nasional,” kata Presiden Jokowi.
Setelah komitmen tersebut disepakati, Presiden Jokowi dalam agenda peresmian fasilitas bandara di Yogyakarta pada Agustus 2020 bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X selaku Ngarso Dalem untuk membantu memfasilitasi kebutuhan lahan Kampus UNU Yogyakarta.
“Ngarso Dalem, apakah memungkinkan UNU Yogya diparingi lahan di jalur ringroad. Saya bisik-bisik ke Ngarso Dalem dan saat itu saya ingat Ngarso Dalem, ada Pak, tapi kecil sekitar satu hektare. Saya jawab, Ngarso Dalem satu hektare nggak apa-apa, ini untuk memulai dulu kok, nanti diparingi yang lain nggak apa-apa,” kata Presiden Jokowi saat bertukar obrolan dengan Sri Sultan HB X.
Usai memastikan ketersediaan lahan, Presiden kemudian menugaskan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono untuk mengalokasikan anggaran pembangunannya.
Dengan mempertimbangkan luas lahan yang terbatas, kata Presiden Jokowi, maka pembangunan gedung didesain secara vertikal sebanyak sembilan lantai.
“Saya waktu itu diskusi dengan Pak Ketua PBNU, kita tentukan harus sembilan lantai. Kita tahu semuanya NU itu sembilan bintang, NU itu Wali Songo. Cocok, semuanya kita bangun,” kata Presiden Jokowi.
Hadir dalam agenda peresmian tersebut Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Al Mazrouei beserta delegasi, Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Iskandar, dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf.
Turut mendampingi Presiden Jokowi perwakilan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, beserta Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga memimpin prosesi peletakan batu pertama pembangunan Kampus Mohamed bin Zayed College for Future Studies (MBZ CFS) di kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.
Prosesi tersebut merupakan bagian dari kolaborasi penting antara UNU Yogyakarta dan Mohamed Bin Zayed University for Humanities (MBZ UH).
Peletakan batu pertama itu dilakukan oleh Jokowi bersama Ketua Umum Pengurus Besar NU, K.H. Yahya Cholil Staquf, dan Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirat Arab, Suhail Al Mazrouei.
Dalam kesempatan tersebut, Dubes RI Husin Bagis mengatakan bahwa pendirian Kampus MBZ CFS merupakan wujud nyata kerja sama yang semakin erat antara Indonesia dan UAE.
Inisiatif itu juga menjadi bukti kuatnya hubungan antara Presiden Jokowi dan Presiden Sheikh Mohamed bin Zayed.
Husin juga menyampaikan harapannya agar pembangunan kampus tersebut akan selesai selama masa jabatan Jokowi.
Kampus tersebut juga diharapkan dapat menjadi sebagai pusat keunggulan (center of excellence) dalam studi ilmu pengetahuan futuristik sehingga memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan umat manusia.
Menurut keterangan KBRI, proyek kolaboratif tersebut tidak hanya memperkuat kerja sama pendidikan Indonesia-UAE, tetapi juga menjadi pilar pengetahuan dan pengembangan global di masa depan. (kmb/balipost)