DENPASAR, BALIPOST.com – Krama Bali menjelang hari raya Galungan-Kuningan sejak kini sudah merasakan mahalnya bahan keperluan upacara mulai dari buah, bunga hingga janur. Bahkan harga buah kini naik sampai 100 persen. Harga ini diperkirakan akan terus naik melihat banyaknya permintaan.
Momen hari raya merupakan momen yang paling ditunggu oleh petani khususnya petani buah di Bali. Namun, momen ini harus diwaspadai karena berpotensi terjadinya inflasi yang tinggi.
Pelaku usaha di bidang pertanian buah, I Ketur Loka Antara, Senin (19/2) mengatakan, memang terjadi kenaikan harga buah menjelang rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan yang dimulai dari Sugihan Jawa-Sugihan Bali. Momen ini merupakan yang ditunggu petani karena pasar lokal Bali menggeliat. “Untuk di pasar lokal, semua harga buah-buahan naik signifikan. Kemarin di pasar justru pasokan ekspor kalah karena kebutuhan hari raya di pasar lokal cukup besar,” ujar Ketua Kadin Kabupaten Tabanan ini.
Harga manggis pada hari normal di pasar Rp5.000 – Rp6.000 sedangkan di produsen antara Rp 3.500 – Rp4.000. Sedangkan pada momen hari raya permintaan meningkat sehingga harga naik hampir 100 persen.
Harga manggis di petani Rp9.000 – Rp10.000 sedangkan di pasar antara Rp12.000 – Rp14.000 per kg. Ia memprediksi kenaikan harga akan terus berlanjut hingga mencapai Rp15.000-an karena permintaan buah tinggi telah terjadi sejak hari Sugihan Jawa (seminggu sebelum Galungan).
Menurutnya, kenaikan harga dinikmati semua rantai pasok buah mulai dari petani, supplier hingga pedagang. Meski harga naik namun produksi buah saat hari raya Februari dan Maret tahun ini memang sedang musim buah terutama buah manggis dan durian. “Dari September 2023 dari Negara dan Tabanan panen buah, sekarang justru mulai panen di wilayah Gianyar utara sampai Bangli. Jadi panennya bergantian karena musimnya panjang sehingga pasar lokal bisa terpenuhi,” ujarnya.
Pada hari raya, distribusi buahnya dapat mencapai 1,5 ton – 2 ton. Sementara saat non hari raya buahnya lebih banyak terserap ke luar Bali. Menurutnya permintaan buah dari luar Bali cukup tinggi terutama durian, manggis dan jeruk.
Petani buah Made Sianta yang sekaligus memasarkan buah mengatakan hal yang sama. Momen hari raya merupakan momen yang paling menyenangkan karena pengiriman bagus ke pasar modern.
Ia yang telah 20 tahun memasok ke Tiara Dewata dan Freshindo kerap menunggu momen hari raya. Tak hanya ke pasar modern, ia juga memasok buah ke pasar rakyat yaitu Pasar Batukandik.
Pasalnya jelang hari raya, harga buah naik. Seperti harga salak Rp11 ribu di tingkat petani, di supermarket menjadi Rp15.000 – Rp16.000. Sedangkan pada hari normal, sebelum hari raya harga salak Rp7.000. Kenaikan harga buah terjadi 3-4 hari sebelum hari raya yaitu diawali Sugihan Jawa.
Menurutnya, kenaikan harga ini dirasakan langsung oleh petani karena untuk memasok buah ke pasar rakyat dan modern ia bekerja sama dengan petani sehingga kenaikan harga buah dirasakan langsung oleh teman-teman petaninya.
Kenaikan harga buah jelang hari raya bulan Februari menurutnyaa bukan karena pasokan sedikit tapi karena permintaan yang meningkat. Karena saat ini sedang musim buah sehingga mencukupi untuk kebutuhan hari raya seperti durian, pisang, salak gula pasir, dan duku.
Hari raya beruntun yang terjadi di Bali dikhawatirkan memicu kenaikan inflasi Bali. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali, Erwin Soeriadimadja mengatakan, TPID terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas harga. Sementara harga beras yang belum kunjung turun ke harga HET telah dipenuhi dari sisi stok.
Stok beras berdasarkan data terakhir menurut Bulog tercatat sekitar 2.800 ton, belum termasuk stock beras yang sudah masuk di pelabuhan sekitar 8.600 ton.
“Stock beras mencukupi. Untuk menurunkan harga ke harga normal, Perumda pangan juga akan kita optimalkan untuk menyalurkan beras SPHP,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)