Petani Jamur Tiram menunjukkan hasil panennya yang sudah dikemas dan siap dipasarkan. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Empat kali gagal mencari komposisi yang pas untuk media tanam pembibitan jamur tiram, tak menyurutkan niat Made Wira, warga Desa Petiga, Kecamatan Marga, Tabanan untuk terus berupaya mengembangkan potensi jamur tiram yang kini justru menjadi salah satu sumber pendapatan melalui BUMDes Tri Buana Mesari. Namun, akibat faktor cuaca panas belakangan ini, pesanan jamur tiram segar di pasaran tak sepenuhnya bisa terpenuhi.

Ditemui di stan saat agenda Bupati Ngantor di Desa Petiga, Senin (19/2), Made Wira yang juga Ketua Bumdes Tri Buana Mesari, Desa Petiga, Kecamatan Marga Tabanan ini pun menceritakan jika terobosan Bumdes bergerak dalam pembibitan jamur tiram dimulai sekitar tahun 2022 silam. Dimana Desa Petiga yang saat itu dikenal dengan potensi tanaman hias dengan pemasaran tergantung sektor pariwisata ini pun sempat lesu akibat Covid-19.

Melihat kondisi itu, ia pun mencari solusi alternatif agar perekonomian di wilayah Petiga bisa tetap menggeliat, dan memutuskan untuk budidaya jamur tiram. Karena tidak seluruhnya ilmu budidaya jamur tiram khususnya komposisi baglog untuk pembibitan ia dapatkan, ia pun mengaku empat kali gagal mencari komposisi media tanam.

Baca juga:  Puncak Musim Kemarau, Suhu Capai 33 Derajat Celsius

“Saya serching, tetapi karena mungkin ibaratnya rahasia perusahaan untuk konposisi tak banyak yang dijelaskan, jadi saya otodidak mencari konposisi sampai akhirnya menemukan yang pas, sehingga hasilnya jamur tiram segar dan bagus,” jelasnya.

Bagi Made Wira, alasannya, selain bahan baku gampang dicari dan saat itu cuaca mendukung, serta mudah dikerjakan bagi segala usia, dan tidak memerlukan banyak waktu untuk pemeliharaan. “Untuk pembibitan dilakukan tiga orang,” jelasnya.

Dimana untuk proses pembibitan sampai tumbuh jamur yang memerlukan waktu 25-30 hari, dibutuhkan tenaga yang sangat telaten. Karena, meski perawatan mudah dan tidak perlu banyak tenaga namun ketelatenan menjaga kelembaban dan sanitasi di area pembibitan sangat penting, karena rentan terkontaminasi.

Baca juga:  Kelompok Media Bali Post Serahkan K. Nadha Nugraha pada Tiga Anak Muda Bali

“Kami punya ribuan baglog jamur, satu baglog dalam rentang waktu 3 bulan bisa tumbuh 3-4 kali, dengan rata rata 100-110 gram sampai 1 kali panen, karena bisa tiga kali panen, maka dalam satu periode panen satu log bisa menghasilkan sekitar 300 gram jamur,” terangnya.

Sejatinya, kata Made Wira ia mendapat banyak pesanan jamur tiram segar, seperti di wilayah Tabanan, Kediri dan Mengwi. Bahkan, pesanan bisa sampai ratusan kilogram, hanya saja karena cuaca kering dan panas saat ini, Bumdes tidak bisa memenuhi pesanan itu sepenuhnya, karena kapasitas produksi jamur segar yang dihasilkan hanya maksimal 35 kilo.

“Salah satu kendala tidak tercukupinya kebutuhan jamur tiram karena faktor cuaca yang kurang menentu. Bila terlalu panas atau terlalu basah sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur,” katanya.

Baca juga:  Ini, 4 Penyebab Turunnya Pergerakan Pesawat di Bandara Ngurah Rai di 2019

Tak hanya jamur tiram, Wira juga mengakui ada juga pemesanan bibit jamur (baglog) seperti di Kerambitan, Pacung Baturiti, dan Karangasem. Permintaan dalam bentuk bibit ini tahun lalu bahkan sampai 10 ribu, dan awal tahun 2024 atau sampai bulan Februari ini sudah ada permintaan sebanyak dua ribu baglog.

Dengan mulai stabilnya produksi dan pemasaran, kini pun pengembangan diarahkan juga untuk produksi kripik jamur dengan menggandeng ibu-ibu dari warga setempat. Produksi kripik jamur ini baru dimulai tahun 2023, dengan pemasaran ke Tabanan kota sampai dengan Jimbaran. “Keripik jamur kita hargai Rp10 sampai 20 ribu,” ucapnya. (kmb28)

 

 

Bali Post/bit

TIRAM – Warga Desa Petiga, Kecamatan Marga Tabanan untuk terus berupaya mengembangkan potensi jamur tiram yang kini justru menjadi salah satu sumber pendapatan melalui Bumdes Tri Buana Mesari.

BAGIKAN