Umat Hindu saat pedek tangkil ke Pura Dasar Buana. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kedatangan pemedek dari umat Hindu menuju Pura Dasar Bhuana Desa Gelgel, Klungkung, masih cukup padat. Kepadatan pemedek ini sudah terjadi sejak Senin (4/3), saat puncak Pujawali yang bertepatan dengan Pemacekan Agung.

Setelah Ida Batara nyejer selama tiga hari pujawali ini masineb, Kamis (7/3).

Bendesa Adat Gelgel I Putu Gede Arimbawa, mengatakan kepadatan arus lalu lintas menuju Pura Dasar Bhuana, membuat kendaraan menuju pura harus diatur agar berjalan lancar. Ribuan pemedek sejak Pemacekan Agung terus berdatangan hingga malam hari agar bisa melaksanakan persembahyangan di Pura Dasar Buana. Saat penyineban ini, kapuput Ida Pedanda Gde Jumpung Putra Keniten, dari Gria Jumpung Kamasan.

Baca juga:  Hilangkan Jenuh Seminggu di Pengungsian, Bondres Hibur Warga

Proses persembahyangan di Pura Dasar Buana Gelgel, sejak awal harus antri dan diatur karena pemedek yang datang memang membludak. Sehingga bagi yang akan masuk ke Jeroan Pura Dasar Buana Gelgel, dapat dipermudah untuk mendukung kelancaran proses persembahyangan.

Pemedek yang demikian langsung diantisipasi dengan memberikan perawatan medis dari tim kesehatan yang sudah disediakan di sekitar areal pura. Arimbawa menambahkan, antusias umat Hindu melakukan persembahyangan cukup tinggi.

Halaman parkir GOR Swecapura hingga bahu jalan menuju pura selalu nampak penuh. Bahkan, ada umat Hindu dari luar Bali, sempat khusus pedek tangkil ke Pura Dasar Buana Gelgel. Umat terus berdatangan dari proses nedunang Ida Batara, puncak pujawali, nyejer dan nganyarin selama tiga hari, hingga penyineban ini.

Baca juga:  Pujawali, Objek Wisata Pura Lempuyang Ditutup Selama 5 Hari

Pihaknya berharap dengan pujawali ini, seluruh umat Hindu diberikan keselamatan dan kesejahteraan serta Bali selalu dalam keadaan aman dan damai.

Tokoh budaya dan agama Dewa Ketut Soma pernah menyampaikan rangkaian Pujawali Pemacekan Agung sangat erat kaitannya dengan sejarah keberadaan Pura Dasar Buana Gelgel. Sebab, dalam kisahnya setelah pura ini selesai dibangun, Dalem Gelgel kala itu mengumpulkan semua rakyat, semua warga, untuk menyatukan diri, agar semua warga pada ngelingin kawitnya.

Baca juga:  Pujawali Dalem Agung Pura Kawitan Pratisentana Sri Nararya Kresna Kepakisan

Tujuannya untuk eling ring ayah-ibu, dasarnya dan kawitnya. Penyatuan pengukuhan semua warga ini dinamakan Pemacekan Agung, bukan saja pemacekan (5 hari setelah Galungan dan 5 hari menjelang Kuningan).

“Kata Pemacekan ini mengandung makna dalam, dari bahasa pacek yang artinya tekenan, tanda tangan, serta agung artinya besar. Pemacekan Agung pengukuhan penyatuan semua warga.

Sedangkan fungsinya sebagai pura penyatuan semua warga dari tatakan yang sama, dasar yang sama, untuk menyatukan diri eling ring kawit, eling mesolah, eling mekerthi, agar sida mesila-mesolah nangun tapa-nangun kerthi yang diperingati setiap Pemacekan Agung,” tegas tokoh yang sering dilibatkan dalam upacara agama besar di Klungkung ini. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN