Warga Desa Kayu Putih melakukan tradisi Nyakan Diwang, Selasa (12/3), sehari setelah Nyepi. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Tradisi Nyakan Diwang atau memasak di luar rumah merupakan tradisi unik dan menarik yang masih dilestarikan khususnya Kecamatan Banjar, Buleleng. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari setelah Hari Raya Nyepi sebagai penanda dilewatinya pelaksanaan Catur Brata Penyepian.

Sebut saja, Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar. Warga setempat memulai melaksanakan tradisi ini tepat pukul 00.00 WITA, yang ditandai dengan suara kulkul atau kentongan dari desa setempat.

Alat dan bahan yang digunakan pun masih bernuansa tradisional, seperti menggunakan tungku api yang memerlukan kayu bakar untuk menghidupkannya.

Baca juga:  Antisipasi Gelombang Ketiga, Pemerintah Kebut Vaksinasi dan Pasok Obat-obatan COVID-19

Biasanya, saat menjalankan tradisi ini, masyarakat melakukan tiga hal utama dalam tradisi ini yaitu menanak nasi, memasak lauk, dan memasak air untuk minum kopi bersama. Semuanya dilakukan di depan rumah masing-masing.

Salah satu warga Banjar Taman, Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Gede Bayu Putra Karang (23) menuturkan pelaksanaan tradisi ini rutin dilakukan setiap tahun di desanya. Bahkan pihaknya bersama keluarga melakukan persiapan sejak pukul 00.00 WITA.

Hal ini juga menurutnya merupakan salah satu momen yang paling ditunggu, usai pelaksanaan Catur Brata Penyepian berlangsung. “Pastinya kebersamaan dan silahturahmi. Dan salah satu momen yang ditunggu setelah nyepi. Karena semua masyarakat berkumpul di luar dan saling bertemu,” tuturnya.

Baca juga:  Ingin Menetap di Bali, Anang dan Ashanty Beli Tanah di Jembrana

Selain itu, menurut Karang, saat tradisi Nyakan Diwang berlangsung, sepanjang jalan tepat di depan rumah akan dipadati penduduk yang antusias dalam merayakan tradisi ini. Masyarakat pula dapat merasakan zaman nenek moyang yang belum adanya kompor atau alat modern untuk memasak seperti saat ini. “Seperti saya, selalu generasi muda cukup bangga mengenal dan mengetahui tradisi ini. Semoga tradisi ini selalu ada, ditunggu setiap tahunnya, dan dilaksanakan lebih seru dan ada konsepnya,” harapnya.

Baca juga:  Tinggalkan Rumah Dua Hari, Warga Sukasada Ditemukan Tewas di Sungai

Selain menjadi momen silaturahmi antar warga dan keluarga, tradisi ini juga diyakini sebagai simbol melebur Dasa Mala dalam diri. Diharapkan, kehidupan ke depan lebih baik.

Keberadaan Tradisi Nyakan Diwang inipun sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Buleleng oleh Kemendikbudristek pada 2018. Selain itu, tradisi kebanggaan masyarakat Kecamatan Banjar Buleleng ini pun sudah tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional, Hak Kekayaan Intelektual oleh Kemenhumkam RI tahun 2023. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN