MANGUPURA, BALIPOST.com – Kabupaten Badung memiliki tradisi yang unik, bahkan mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satunya, Tradisi Siat Yeh yang dilaksanakan oleh masyarakat Banjar Teba, Desa Adat Jimbaran.
Tradisi Siat Yeh dilaksanakan bertepatan dengan Hari Ngembak Geni atau sehari pascaperayaan Nyepi. Tradisi ini diikuti oleh seluruh sekaa teruna di Banjar tersebut dengan saling melemparkan air. Melalui tradisi ini diharapkan dapat menetralisir unsur negatif dari dalam diri dan alam semesta.
Tradisi ini diawali dengan prosesi nunas toya dari Pantai Timur yang disebut Suwung dan Pantai Barat, yaitu Pantai Jimbaran. Selain itu akan juga dilaksanakan nunas toya di sumur yang ada di Pura Kahyangan Jagat Ulun Swi dan campuhan atau tempat pertemuan air tawar dan air laut. Sebelum Siat Yeh dimulai juga akan dihaturkan pejati di masing-masing Parahyangan di Jimbaran, begitu juga di campuhan.
Bendesa Adat Jimbaran, I Gusti Ngurah Made Rai Dirga mengakui, tradisi Siat Yeh ini telah ditetapkan sebagai WBTB oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Begitu juga memiliki hak cipta dari Kementerian Hukum dan HAM. Tradisi ini adalah rekonstruksi dari kebiasaan masyarakat terdahulu.
Sebelumnya kebiasaan bermain air ini dilaksanakan pada Hari Raya Nyepi. Dulunya sebelum PHDI menerapkan perayaan Hari Raya Nyepi dengan standar dan pola yang baku, di Jimbaran akan keluar di pukul 16.00 atau 17.00 WITA untuk pergi ke pantai.
Namun demikian, setelah PHDI menetapkan standar perayaan Hari Raya Nyepi atau catur brata penyepian maka tidak lagi memiliki kesempatan untuk beradu air ini. Sehingga dibuat lah Festival Budaya Siat Yeh. Tradisi ini kali pertama digelar saat Ngembak Geni yang berbarengan dengan Hari Banyu Pinaruh. (Parwata/balipost)