Debitur KUR BRI berhasil mengembangkan usahanya dengan kredit yang diambilnya. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kredit Usaha Rakyat (KUR) mampu menggenjot kinerja pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebab target KUR ini adalah mereka yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UMKM Povinsi Bali, jumlah UMKM di Bali meningkat pesat selama lima tahun terakhir. Dari semula 13.042 UMKM di 2019 menjadi 442.848 UMKM pada 2023. UMKM di sektor formal sebanyak 107.656 (24,31 persen) dan sektor informal sebanyak 335.192 (75,69 persen).

Sementara untuk penyaluran KUR, data dari Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) menyebutkan realisasi KUR di Bali pada 2023 mencapai 8,843 triliun untuk 122.366 debitur. Penyaluran KUR didominasi skema mikro dengan jumlah Rp4,974 triliun untuk 92.368 debitur.

Baca juga:  96,7 Persen Nasabah BRI Gunakan Digital Channel

Salah satu nasabah KUR BRI, I Wayan Surat, mengakui dengan pinjaman berbunga ringan itu, ia mampu mengembangkan usahanya. Pria yang memiliki jasa permak jeans di Sading, Badung tersebut merintis usaha sejak 2015.

Bersama istrinya, ia menjalankan usaha permak pakaian itu dan telah 3 kali memperoleh KUR di BRI. Kredit pertama, kenangnya, digunakan untuk membeli mesin jahit seharga Rp15 juta.

Seiring berkembangnya usaha, ia pun tak hanya menerima permak pakaian. Saat ini, Wayan mengaku juga menjual beragam produk pakaian. “Peminjaman yang terakhir digunakan untuk menambah modal usaha yaitu membeli baju untuk dijual di toko,” sebutnya.

Saat ini, ia mengaku omzet usahanya ada di kisaran Rp1,5 juta per bulan.

Baca juga:  Telkom Ikuti Penilaian BUMN CSR Award 2020

Sementara itu, debitur KUR BRI lainnya, Ni Ketut Yuniartini, juga sependapat jika kredit usaha tanpa agunan ini mampu membantu usahanya berkembang. Perempuan yang memiliki usaha kerajinan kusen dari kayu kamper ini mengatakan telah menjalani usaha bersama sang suami sejak 2015.

Dirinya pun sudah tiga kali memperoleh pinjaman KUR. Masing-masing senilai Rp5 juta, Rp5 juta, dan Rp25 juta. “Dari pinjaman terakhir digunakan untuk membeli mesin potong baru serta untuk menambah membeli bahan baku. Perkiraan keuntungan dari usaha ini untuk satu kali pembuatan sekitar Rp1 juta,” ungkapnya.

Ia mengaku saat ini menghadapi kendala dalam memasarkan produknya karena kusen kayu kalah bersaing dengan produk sejenis yang terbuat dari aluminium. Sebab, kusen aluminium harganya lebih murah.

Baca juga:  Integrasi Ekosistem UMi Kian Dekat, BRI One Culture Jadi Kunci Keberhasilan

Direktur Bisnis Mikro, BRI Supari mengungkapkan, pihaknya berkomitmen memenuhi target mengingat saat ini BRI sudah memiliki infrastruktur yang memadai serta sumber pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro (UMi) bersama Pegadaian dan PNM.
“Dari sisi infrastruktur, saat ini BRI telah memiliki BRISPOT yang terus dioptimalisasikan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan tenaga pemasar (mantri). Selain itu kami juga akan mengoptimalkan potensi dari ekosistem model bisnis baru seperti PARI dan Localoka,” kata Supari dikutip dari keterangan tertulisnya.

Pada 2023 lalu, BRI berhasil menyalurkan KUR senilai Rp163,3 triliun kepada 3,5 juta debitur. Mayoritas penyaluran KUR BRI disalurkan untuk sektor produksi dengan proporsi mencapai 57,38 persen. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *