Sekaa gong legendaris menurunkan perangkat gambelan dari panggung karena batal manggung. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Batalnya penampilan dua sekaa gong legendaris Buleleng saat penutupan HUT Kota Singaraja terus ramai diperbincangkan di medis sosial. Bahkan Pemerintah Kabupaten Buleleng sudah melakukan upacara guru piduka sebagai bentuk permohonan maaf. Ke depan Pemerintah Kabupaten Buleleng pun akan selalu memprioritaskan seniman-seniman yang ada untuk tampil dalam berbagai event di Buleleng.

Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana mengatakan, terkait batal pentasnya dua sekaa gong legendaris itu, pihaknya telah melakukan pertemuan langsung dengan kelian sekaa gong. Ke depannya akan melakukan evaluasi, dengan tidak memadukan kesenian tradisional dengan seni modern.

Baca juga:  Dana Desa TA 2022 Prioritas Untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi

Nantinya seni tradisional disebut akan dikhususkan. Lihadnyana memastikan akan kembali memberikan ruang tampil kepada pelaku seni khususnya yang akan tampil di acara Pesta Kesenian Bali (PKB) mendatang untuk unjuk gigi di hadapan masyarakat Buleleng yang rencananya akan diselenggarakan di Taman Bung Karno.

“Pra PKB kita akan pentaskan dulu di sini, itu artinya komitmen pemerintah tidak akan pernah surut untuk memberikan ruang dan prioritas terhadap pelaku seni kita dan harus bangga bahwa di Buleleng sangat banyak memiliki maestro orang Buleleng. Mungkin pengaturannya akan kita evaluasi kembali,” katanya.

Baca juga:  Akademisi Sambut Baik Perjuangan Gubernur Koster Memperdakan Haluan Pembangunan Masa Depan Bali

Sementara itu, Anggota Komisi IV DPRD Buleleng, Ketut Ngurah Arya mengatakan, seharusnya sekaa gong jika ingin ditampilkan harus didahulukan. Apalagi saat ini, Bali memiliki Peraturan Daerah tentang Haluan Pembangunan Bali Masa Depan 100 Tahun Bali Era Baru.

Pihaknya pun mengaku kaget dengan batalnya penampilan dua sekaa gong legendaris tersebut. Pemerintah disarankan tak sekedar meminta maaf namun kembali memfasilitasi penampilan kedua sekaa tersebut. “Ke depan bukan ada kata maaf saja, minimal kita tampilkan secara terbuka gong mebarung itu agar bisa juga menunjukan kepada masyarakat kita komitmen. Semua kreativitas, terus kita tampilkan sebagai wujud melestarikan seni budaya di Buleleng,” terangnya. (Nyoman Yudha/balipost)

Baca juga:  Dua Bulan Ngungsi, Korban Banjir Banyuning Pasrah
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *