Putu Sudiadnyani memperlihatkan produk perhiasan yang dihasilkannya. (BP/Dokumen)

GIANYAR, BALIPOST.com – Terletak di desa yang identik dengan kerajinan emas dan perak, Celuk, Gianyar, Bara Gold and Silver Jewelry, kini mampu mendunia. Produk yang dihasilkan Bara Silver bahkan menjadi salah satu kenang-kenangan bagi delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, November 2022 silam.

Menurut pemilik Bara Silver, Putu Sudiadnyani, kesuksesannya saat ini tidak terlepas dari pendampingan yang diberikan BRI. Sebab, sejak memutuskan untuk terjun ke bisnis aksesoris yang menggunakan bahan logam mulia, emas dan perak, pada 2003, ia memperoleh pinjaman dari BRI sebesar Rp20 juta. “Berdiri pada 2003, berawal dari kesukaan Mami menggunakan aksesoris yang heboh, lain dari yang lain. Pada waktu itu memberanikan diri meminjam dari BRI,” ungkap perempuan yang akrab disapa Mami Bara ini.

Di awal merintis bisnis, produk dibuatnya sendiri dan dijual di rumah yang difungsikan juga sebagai outlet di Jalan Setra, Desa Celuk, Gianyar. Seiring dengan berjalannya waktu, ia juga kerap mengikuti lomba desain kerajinan yang diadakan pemerintah daerah di Bali hingga menjadi juara.

Ketertarikannya terhadap aksesoris dari emas dan perak diakui tak terlepas dari latar belakang sang suami, I Ketut Sumadi, yang turun temurun merupakan perajin perak di Desa Celuk, Kecamatan Sukawati. Hobinya mendesain dipadukan dengan kepiawaian sang suami mengolah logam mulia membuat usaha yang namanya diambil dari nama anak bungsunya itu terus berkembang hingga mampu mendunia dan digemari berbagai kalangan.

Baca juga:  KUR Penyelamat UMKM di Masa Pandemi

Perempuan kelahiran Kayuputih, Buleleng, Bali, 15 Juni 1971 ini pun mengisahkan bahwa pendampingan BRI tak hanya dari sisi permodalan. BRI juga memberikan pelatihan terkait produksi hingga pemasarannya. “Dulunya saya hanya berpikir memproduksi barang. Tapi saya sekarang mulai berpikir tentang desain, tentang finishing, tentang marketing,” ujarnya, Senin (8/4).

Ia menilai pendampingan BRI sangat mendukung bisnisnya. Sebab, dulunya tidak berpikir ke sana, tapi sekarang setelah diberikan pendampingan mulai mengarah ke sana. “BRI memberikan modal. Kita juga dikasi pembelajaran digital marketing. Sekarang yang paling digalakkan adalah bagaimana bisnis itu tentang digital,” ungkapnya.

Suasana di Bara Silver yang terletak di Desa Celuk, Gianyar. (BP/Istimewa)

Dulunya saya tidak mengerti penjualan digital dan hanya berpikir penjualan offline, seperti mengikuti pameran. Tetapi, ketika kita mengenal digital, meski saat tidur pun, pesanan masih berdatangan. “Jadi sekarang sambil tiduran, kita sudah bisa berjualan. Itu kan keren banget,” ujarnya sambil tersenyum.

Perempuan yang memiliki keinginan untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dalam menghasilkan beragam produk baru ini juga memberdayakan perajin di Desa Celuk. Pasalnya, hampir sebagian besar warga di Celuk merupakan perajin emas dan perak.

Ia juga selalu terbuka untuk bekerja sama dengan pelaku UMKM lainnya agar bisa menghasilkan produk yang inovatif dan kreatif. Tak heran, sejumlah perhiasan yang diproduksinya telah dipakai dalam sejumlah peragaan busana bertaraf nasional. Perancang busana, seperti Ivan Gunawan dan Anna Avantie, disebutnya pernah mengajak dirinya berkolaborasi.

Baca juga:  Dihadiri 10 Ribu Nasabah, PRS BRI Hadirkan 150 UMKM Unggulan Jawa Timur

Kini, karyanya tak hanya diminati oleh masyarakat Bali. Artis hingga penjabat di tingkat nasional maupun internasional menjadi pelanggannya. Salah satunya, Ibu Negara Iriana Joko Widodo.

Pertumbuhan Digitalisasi

Sebelumnya, dalam BRI Microfinance Outlook, dipaparkan pertumbuhan digitalisasi di Indonesia mengalami peningkatan signifikan yang bisa dilihat dari jumlah pengguna internet yang sudah mencapai 202,6 juta orang.

Dalam hal ini, khususnya UMKM, digitalisasi memainkan peran kunci dalam pemberdayaan dan membangun keberlanjutan usaha. Pasalnya, bisnis di Indonesia mayoritas UMKM, bahkan berkontribusi 60 persen terhadap PDB.

Bagi BRI, digitalisasi menjadi salah satu pondasi transformasi digital yang selama ini dilakukan. Sepanjang tahun 2023, tercatat sebesar 99 persen dari total transaksi BRI dilakukan melalui kanal digital.

Dikutip dari keterangan tertulisnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa UMKM harus banyak mendapatkan kesempatan ekspor dan masuk pasar internasional, mengingat posisi UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
Ia mengungkapkan perseroan telah memiliki strategi untuk mendorong pertumbuhan kredit secara agresif di tahun 2024.

Hingga akhir tahun 2023 tercatat BRI berhasil mendorong penyaluran kredit tumbuh 11,2% yoy menjadi Rp1.266,4 triliun. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit industri perbankan nasional yang sebesar 10,4% yoy di sepanjang tahun 2023.

“Kredit BRI mencapai 1.266 triliun. Artinya itu mampu tumbuh 11,2% dan yang lebih menarik dan lebih penting bagi BRI adalah bahwa kita tetap fokus di UMKM di porsi kredit UMKM BRI mencapai 84,38%. Kita cita-citanya ingin mencapai 85% di tahun 2025,” pungkasnya.

Baca juga:  PPKM Diberlakukan, Dunia Usaha akan Beradaptasi atau Tutup Sementara

Sementara itu, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi digital mampu menjangkau pelaku usaha secara masif untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas pelaku usaha, efisiensi operasional hingga membukakan akses pasar yang lebih luas. “Pendekatan holistik program pemberdayaan BRI disesuaikan dengan kebutuhan UMKM menjadi kunci penting dalam mengurai kompleksnya permasalahan pengembangan usaha mikro,” ujarnya belum lama ini.

Melalui percepatan digitalisasi, proses literasi mampu menjangkau lebih luas kepada pelaku usaha mikro dengan memberi banyak manfaat, termasuk efisiensi operasional, meningkatkan produktivitas, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan daya saing.

Sampai akhir tahun 2023, BRI telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi hingga interkoneksi. Keberagaman jenis pemberdayaan yang BRI miliki menjadi bukti nyata komitmen perusahaan untuk selalu memberikan solusi terhadap pengembangan ekosistem UMKM, khususnya segmen mikro dan ultra mikro. “BRI memiliki konsep pemberdayaan UMKM secara end to end, yakni pemberdayaan dari fase dasar hingga pengembangan platform berbasis digital yang mampu menjadi solusi pengembangan ekosistem UMKM. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar,” ungkapnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN